Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim Penyelamat Selidiki "Detak Jantung" di Lokasi Ledakan Ibu Kota Lebanon

Kompas.com - 04/09/2020, 10:39 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC

BEIRUT, KOMPAS.com - Tim penyelamat di Beirut, ibu kota Lebanon, terus melakukan pencarian setelah terdapat laporan adanya "detak jantung", satu bulan setelah ledakan.

Media lokal memberitakan, peralatan pendeteksi khusus dikirimkan ke area Mar Mikhael karena ada dugaan masih ada korban selamat di sana.

Pencarian korban yang masih hidup itu dilaporkan sempat berhenti selama satu malam, sebelum kemudian dilanjutkan lagi menggunakan tangan.

Baca juga: Gelar Audiensi Umum, Paus Fransiskus Cium Bendera Lebanon

Lebih dari 200 orang tewas ketika 2.750 ton amonium nitrat meledak di gudang pelabuhan Beirut pada 4 Agustus lalu, dengan 300.000 lainnya kehilangan rumah.

Insiden itu menimbulkan kemarahan publik, sebabnya adalah amonium nitrat dalam jumlah sangat besar yang tak tertangani dengan baik.

Pemerintahan Lebanon yang dimotori Perdana Menteri Hassan Diab langsung mengundurkan diri setelah peristiwa tersebut menimbulkan gelombang unjuk rasa.

Bagaimana perkembangan terbaru?

Dilansir BBC Jumat (4/9/2020), kerumunan orang terlihat di Mar Mikhael pada Kamis (3/9/2020) ketika tim dari Chile datang dan mulai bekerja.

Setelah pada malam harinya, mereka menghentikan pekerjaan karena mereka kekurangan crane, di tengah kekhawatiran puing-puing itu bakal ambruk.

Meski begitu berdasarkan pengamatan jurnalis setempat, para relawan lokal terus bekerja menggunakan tangan dibantu crane yang didatangkan pihak swasta.

Baca juga: Presiden Perancis: Para pemimpin Lebanon Berjanji Bentuk Kabinet Krisis dalam 2 Minggu

Mereka fokus pada gedung tersebut setelah pada Rabu (2/9/2020), anjing pelacak menyiratkan bahwa ada korban selamat di sana.

Ketika mereka kembali keesokan harinya, anjing pelacak itu masih memberi sinyal yang sama. Jadi, mereka membawa peralatan yang lebih canggih.

Salah satunya adalah pemindai untuk menemukan denyut jantung atau suara napas, serta penggali untuk mencoba menggali reruntuhan lebih dalam.

Berdasarkan laporan jurnalis BBC Orla Guerin, tim dari Chile itu disebut mempunyai alat sentivitas tinggi untuk menemukan suara napas hingga kedalaman 15 meter.

Baca juga: Jika Reformasi Gagal, Presiden Perancis Ancam Beri Sanksi Politisi Lebanon

Tim kemudian dibangi menjadi tujuh yang berusaha memindahkan reruntuhan batu demi batu, di mana masyarakat juga menonton dalam diam.

"Tim pencari menyatakan mereka mendeteksi tubuh dan korban yang nampaknya masih hidup di bawah puing-puing," jelas koresponden Al Jazeera, Zeina Khodr.

Mar Mikhael merupakan salah satu lokasi yang paling terdampak ledakan di Beirut, di mana tempat itu sebelumnya adalah kawasan hiburan malam.

Dalam perkembangan terpisah, otoritas Lebanon mengklaim mengamankan 4,3 ton amonium nitrat yang berlokasi di luar bandara Beirut.

Dikatakan bahwa tim pakar didatangkan untuk memeriksa kontainer tersebut. Namun sejauh ini pemerintah belum memberi keterangan detil.

Baca juga: Presiden Perancis Emmanuel Macron Kunjungi Sosok Pemersatu Lebanon Usai Penetapan PM Mustapha Adib

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Global
Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis 'Habisi Mereka' di Rudal Israel...

Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis "Habisi Mereka" di Rudal Israel...

Global
Rangkuman Hari Ke-825 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Minta Dunia Tak Bosan | Putin Wanti-wanti Barat soal Senjata

Rangkuman Hari Ke-825 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Minta Dunia Tak Bosan | Putin Wanti-wanti Barat soal Senjata

Global
Tragedi di Desa Yahidne Dinilai Jadi Gambaran Rencana Putin atas Ukraina

Tragedi di Desa Yahidne Dinilai Jadi Gambaran Rencana Putin atas Ukraina

Internasional
Kolombia Selangkah Lagi Larang Adu Banteng mulai 2027

Kolombia Selangkah Lagi Larang Adu Banteng mulai 2027

Global
Hamas Tewaskan 1.189 Orang, Israel 36.096 Orang

Hamas Tewaskan 1.189 Orang, Israel 36.096 Orang

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com