Namun, hingga saat ini belum ada pengumuman yang didapat dari pemerintah Israel terkait rencana aneksasi. Sementara itu, Netanyahu mengatakan rencana tersebut masih dibahas dengan AS.
Rencana aneksasi sendiri adalah sebuah langkah Israel yang akan melanggar hukum internasional.
Para pemimpin Palestina telah memperingatkan langkah pencaplokan akan menghancurkan segala harapan untuk menciptakan perdamaian, dan berisiko memicu pemberontakan baru antara Palestina dengan Israel.
Baca juga: Israel Hendak Caplok Tepi Barat, Hamas Siap Kobarkan Perang
Pada Juni, sebuah jajak pendapat dilakukan oleh Pusat Penelitian Kebijakan dan Survei Palestina terhadap penduduknya, yang menunjukkan hasil bahwa ada sekitar 88 persen warga Palestina menentang "rencana Trump".
Sementara itu, 52 persen orang mengatakan siap mendukung kembalinya aksi perjuangan bersenjata.
Ada gelombang demonstrasi yang menentang aneksasi dan rencana Trump di Tepi Barat dalam beberapa pekan terakhir.
Namun, ada pula kelompok warga Palestina yang mendukung dilakukannya aneksasi. Hal tersebut disampaikan oleh Yehezkeli yang telah menjadi koresponden AFP selama 25 tahun di wilayah Palestina.
Beberapa orang yang diwawancarai Yehezkeli mengatakan kepadanya bahwa "kami tidak peduli tentang aneksasi", lalu ada yang mengatakan "otoritas Palestina telah gagal" dan "korup".
Baca juga: Pria Autis Palestina Ditembak Mati Polisi, PM Israel Sebut Itu Tragedi
Yehezkeli mengaku menyesal tidak menyiarkan semua komentar pro aneksasi di televisi.
Kemudian ia meyakinkan bahwa orang-orang yang telah ia wawancarai dan siarkan, semua telah ditangkap oleh pihak PA dan ia telah diberitahu oleh keluarga mereka.
Atas penangkapan tersebut, Yehezkeli mengungkapkan dirinya merasa "bertanggung jawab".
Satu orang Palestina yang dihubungi oleh AFP mengatakan, kerabatnya yang mengkritik PA dalam laporan itu, telah ditahan selama beberapa minggu oleh polisi Palestina dan akan segera diadili.
Orang yang dihubungi AFP ini juga mengatakan dirinya mendukung pencaplokan wilayah Tepi Barat Palestina oleh Israel.
Meski "takut" ditangkap, dia menambahkan tetap berharap "bahwa Israel akan memberinya kewarganegaraan".
Beberapa pengamat Palestina mengatakan, pernyataan seperti itu mencerminkan kekecewaan mendalam dari orang-orang yang telah menghabiskan beberapa dekade di bawah penjajahan serta harapan panjang tentang perdamaian dan kemakmuran.
Baca juga: Ali Khamenei untuk Pertama Kalinya Mengonfirmasi Iran Persenjatai Pejuang Palestina