SAN FRANCISCO, KOMPAS.com - Sebutan Pembunuh Golden State sangat melekat pada diri Joseph James DeAngelo. Pada dekade 1970-an, dia mulai meneror wilayah Sacramento, California, Amerika Serikat (AS) dengan aksi pemerkosaannya.
Bukannya berhenti, dia memulai teror baru: pembunuhan kepada 13 orang dan kabur dari tangkapan polisi selama beberapa dekade.
Pada sidang Senin (29/6/2020), Jaksa Penuntut Wilayah Sacramento Thien Ho mengatakan DeAngelo telah membuat pernyataan yang memberatkan setelah penangkapannya.
Baca juga: Takut Bunuh Diri, Pria di India Sewa 4 Pembunuh untuk Membunuhnya
Hal itu juga mengindikasikan bahwa DeAngelo didorong oleh "kekuatan" yang tidak bisa dikendalikan dari dirinya.
Ho menyebutkan ketika DeAngelo sendirian di ruang interogasi polisi, dia mulai berbicara pada dirinya sendiri dan mengatakan "aku melakukan semua itu."
DeAngelo sebelumnya tidak pernah mengakui pembunuhan itu. Dia juga mengatakan "Aku tidak memiliki kekuatan untuk menolaknya. Dia yang membuat saya [seperti ini]. Dia ikut dengan saya. Itu seperti ada di dalam kepala saya, maksud saya, dia bagian dariku."
"Aku tidak ingin melakukan hal-hal itu. Aku mengeluarkan Jerry dan memiliki kehidupan yang bahagia. Aku menghilangkan seluruh nyawa mereka. Jadi sekarang aku harus membayarnya," ujarnya seperti dilansir dari Sky News.
Baca juga: Eks Polisi Pelaku Pembunuhan George Floyd Dipermalukan Saat Belanja
Jaksa penuntut lantas mengatakan sudah tiba waktu bangi DeAngelo untuk membayar perbuatannya. "Kejahatan Joseph sangat mengejutkan. Setiap kali dia melarikan diri, dia menyelinap pergi diam-diam dalam kepekatan malam," sambungnya.
DeAngelo lantas mengajukan permohonan bersalah sebagai salah satu kesepakatan dengan jaksa penuntut untuk mengakui semua tuduhan terhadapnya, termasuk puluhan kasus pemerkosaan yang terlalu tua untuk dituntut, sejak pertengahan dekade 1970-an.
Kesepakatan itu akan menghindarkannya dari potensi hukuman mati. Namun ia akan menghadapi hukuman penjara seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat.
Jaksa penuntut mengatakan kesepakatan itu akan mencegah para korban yang menua, keluarga korban, dan saksi dari proses hukum yang berkepanjangan.
DeAngelo, saat mengakui kejahatannya, mengenakan setelan oranye dari penjara dan face shield dari plastik duduk di atas panggung seadanya di sebuah ballroom universitas.
Pembunuh itu ditangkap pada 2018 setelah pihak berwajib menggunakan DNA untuk melacaknya menggunakan situs genealogi populer.
Baca juga: Satu Lagi Pelaku Pembunuhan George Floyd Dibebaskan dengan Jaminan
Kakek sekaligus veteran Perang Vietnam itu awalnya tidak terdeteksi oleh pihak berwajib hingga pemeriksaan DNA dilakukan.
Melalui DNA tersebut, penyelidik menggunakan basis data genealogi yang kemudian mengarahkan mereka ke DeAngelo.