Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah 40 Tahun Lamanya, Pembunuh Golden State Mengakui Perbuatannya

Kompas.com - 30/06/2020, 14:43 WIB
Danur Lambang Pristiandaru,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber Sky News

SAN FRANCISCO, KOMPAS.com - Sebutan Pembunuh Golden State sangat melekat pada diri Joseph James DeAngelo. Pada dekade 1970-an, dia mulai meneror wilayah Sacramento, California, Amerika Serikat (AS) dengan aksi pemerkosaannya.

Bukannya berhenti, dia memulai teror baru: pembunuhan kepada 13 orang dan kabur dari tangkapan polisi selama beberapa dekade.

Pada sidang Senin (29/6/2020), Jaksa Penuntut Wilayah Sacramento Thien Ho mengatakan DeAngelo telah membuat pernyataan yang memberatkan setelah penangkapannya.

Baca juga: Takut Bunuh Diri, Pria di India Sewa 4 Pembunuh untuk Membunuhnya

Hal itu juga mengindikasikan bahwa DeAngelo didorong oleh "kekuatan" yang tidak bisa dikendalikan dari dirinya.

Ho menyebutkan ketika DeAngelo sendirian di ruang interogasi polisi, dia mulai berbicara pada dirinya sendiri dan mengatakan "aku melakukan semua itu."

DeAngelo sebelumnya tidak pernah mengakui pembunuhan itu. Dia juga mengatakan "Aku tidak memiliki kekuatan untuk menolaknya. Dia yang membuat saya [seperti ini]. Dia ikut dengan saya. Itu seperti ada di dalam kepala saya, maksud saya, dia bagian dariku."

"Aku tidak ingin melakukan hal-hal itu. Aku mengeluarkan Jerry dan memiliki kehidupan yang bahagia. Aku menghilangkan seluruh nyawa mereka. Jadi sekarang aku harus membayarnya," ujarnya seperti dilansir dari Sky News.

Baca juga: Eks Polisi Pelaku Pembunuhan George Floyd Dipermalukan Saat Belanja

Jaksa penuntut lantas mengatakan sudah tiba waktu bangi DeAngelo untuk membayar perbuatannya. "Kejahatan Joseph sangat mengejutkan. Setiap kali dia melarikan diri, dia menyelinap pergi diam-diam dalam kepekatan malam," sambungnya.

DeAngelo lantas mengajukan permohonan bersalah sebagai salah satu kesepakatan dengan jaksa penuntut untuk mengakui semua tuduhan terhadapnya, termasuk puluhan kasus pemerkosaan yang terlalu tua untuk dituntut, sejak pertengahan dekade 1970-an.

Kesepakatan itu akan menghindarkannya dari potensi hukuman mati. Namun ia akan menghadapi hukuman penjara seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat.

Jaksa penuntut mengatakan kesepakatan itu akan mencegah para korban yang menua, keluarga korban, dan saksi dari proses hukum yang berkepanjangan.

DeAngelo, saat mengakui kejahatannya, mengenakan setelan oranye dari penjara dan face shield dari plastik duduk di atas panggung seadanya di sebuah ballroom universitas.

Pembunuh itu ditangkap pada 2018 setelah pihak berwajib menggunakan DNA untuk melacaknya menggunakan situs genealogi populer.

Baca juga: Satu Lagi Pelaku Pembunuhan George Floyd Dibebaskan dengan Jaminan

Kakek sekaligus veteran Perang Vietnam itu awalnya tidak terdeteksi oleh pihak berwajib hingga pemeriksaan DNA dilakukan.

Melalui DNA tersebut, penyelidik menggunakan basis data genealogi yang kemudian mengarahkan mereka ke DeAngelo.

Mereka kemudian diam-diam membuntutinya dan diam-diam mengumpulkan DNA dari pintu mobilnya dan tisu yang dibuangnya. DNA tersebut akhirnya cocok dan dugunakan sebagai salah satu bukti untuk membuat surat perintah penangkapannya.

Penangkapan tersebut mengakhiri penyelidikan selama lebih dari 40 tahun setelah kasus tersebut mendapat perhatian baru melalui buku bestseller berjudul I'll Be Gone in the Dark.

Para korban menggambarkan seorang penyerang bertopeng yang memasuki rumah melalui jendela yang terbuka dan mengikat pemilik rumah dengan acaman todongan senjata.

Dia akan mengikat suami atau pacar korban dan mengancam akan membunuh mereka jika mereka membuat kebisingan ketika dia melancarkan aksi pemerkosaannya.  

Ketika diyakini melakukan pembunuhan pertamanya, DeAngelo menjadi seorang petugas kepolisian pada 1973 di San Joaquin Valley, Exeter, California, AS.

Dia merupakan salah satu tim kepolisian yang bertugas menemukan pencuri berantai atas 100 pencurian yang dijuluki "Visalia Ransacker".

Baca juga: Putin Diduga Jadi Dalang Pembunuhan Pemimpin Chechnya di Jerman

Pencuri tersebut, yang ternyata adalah Deangelo sendiri, juga membunuh seorang profesor Claude Snelling yang berupaya mencegah penculikan putrinya yang berusia 16 tahun.

DeAngelo lalu menjadi petugas kepolisian di wilayah Sacramento sampai akhirnya dia ketahuan mencuri anjing dan palu.

Para korban DeAngelo diyakini bakal dipertemukan dengan si Pembunuh Golden State diharapkan dapat menghadapi dia pada sidang pengadilan yang sedianya digelar pada Agustus.

Menjelang sidang, seorang putri korban Lyman Smith, seorang pengacara yang terbunuh pada 1980, mengatakan hidupnya "seperti jarum dan benang", karena harus bertemu dia lagi.

Korban selamat, Gay dan Bob Hardwick, mengatakan bahwa mereka puas karena DeAngelo akan mengakui serangan terhadap mereka pada 1978 dan mereka pesimistis bahwa hukuman mati akan dijatuhkan.

Baca juga: Video Baru yang Tersebar Ungkap Fakta Lain Pembunuhan George Floyd

"Dia pantas [dijatuhi hukuman] mati, dalam pandangan saya, hukuman dia ditukar dari hukuman mati menjadi hukuman sampai mati di penjara," ujar Gay Hardwick.

"Akan lebih baik menyerahkan sisanya. Saya rasa deia tidak akan sampai menjalani hukuman yang sampai saat ini kami terima bahwa kami telah dihukum selama 42 tahun," sambungnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com