Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Australia Siapkan Bantuan Tunai Rp 250 Juta untuk Warganya yang Ingin Renovasi Rumah

Kompas.com - 05/06/2020, 16:40 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

Itu artinya, mereka yang ingin melakukan renovasi sendiri dianggap tidak memenuhi syarat untuk program ini.

Baca juga: Covid-19, Suasana Lebaran WNI di Australia

Dari segi syarat biaya renovasi yang terbilang tinggi, sejumlah pihak menyatakan sulit jika seseorang hanya ingin merenovasi kamar mandi atau dapur saja.

Menurut Asosiasi Industri Perumahan (HIA), biaya rata-rata renovasi kamar mandi pada 2018-19 adalah 19.553 dollar Australia, sementara dapur baru menelan biaya rata-rata 26.280 dollar Australia.

Jika digabungkan pun, belum memenuhi syarat minimal 150.000 dollar Australia.

Menurut Graham Wolfe dari HIA, renovasi yang dilakukan haruslah yang cukup besar untuk memenuhi syarat mendapatkan bantuan tunai.

Baca juga: WNI di Australia Harus Bayar Rp 300.000 untuk Surat Jalan ke Indonesia

"Batas minimal pekerjaan renovasi 150.000 dollar Australia menurut perkiraan kami akan mencakup 7.000 hingga 10.000 pekerjan selama periode 6 bulan," kata Wolfe kepada ABC News.

Wolfe mengaku yakin program ini akan membantu menghidupkan kembali sektor konstrusi perumahan.

"Mengeluarkan biaya proyek minimum 150.000 dollar Australia, akan memastikan bahwa pekerjaan di sektor ini akan tetap berjalan," katanya.

Baca juga: Viral Foto Pasangan Telanjang pada Hari Berkebun Tanpa Busana di Australia

Dinilai terlalu ketat

Namun sejumlah kalangan menilai progam Pemerintahan PM Morrison ini terlalu ketat, sehingga tidak akan mencapai sasaran yang lebih dibutuhkan saat ini.

Pemimpin Oposisi Anthony Albanese menyebut syarat-syarat untuk program ini terlalu berat bagi kebanyakan warga.

"Tidak ada orang di luar sana yang memiliki dana 150.000 dollar Australia hanya untuk merenovasi rumah mereka," ujarnya.

Ia menggambarkan, dengan skema yang ada, orang harus melakukan renovasi kamar mandi yang sangat mewah hanya demi mencapai nilai kontrak minimal yang disyaratkan.

Baca juga: Australia Minta Asal Usul Virus Corona Diselidiki, China Bekukan Impor Daging

Sedangkan Pemimpin Partai Hijau Adam Bandt menyebut bantuan tunai ini hanya akan menggunakan uang negara untuk keuntungan pribadi segelintir warga dan justru berpotensi membuat krisis tunawisma semakin memburuk.

Dewan Layanan Sosial Australia (ACOSS) juga mengkritik program ini dan memperingatkan bahwa dananya seharusnya ditujukan bagi sektor perumahan sosial.

"Program ini akan sangat bermanfaat bagi mereka yang berpenghasilan menengah dan tinggi yang mampu melakukan renovasi. Tapi tidak ada manfaat sosialnya," katanya.

"Kita masih mengalami kekurangan perumahan sosial," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com