Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Australia Siapkan Bantuan Tunai Rp 250 Juta untuk Warganya yang Ingin Renovasi Rumah

Kompas.com - 05/06/2020, 16:40 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

KOMPAS.com - Pemerintah Australia kini menyiapkan bantuan tunai senilai 25.000 dollar Australia (sekitar Rp 250 juta) kepada warganya yang ingin merenovasi atau membangun rumah.

Tujuannya, agar mendorong kembali aktivitas di sektor konstruksi perumahan yang terpukul selama pandemi Covid-19.

Skema bernama HomeBuilder ini diperuntukkan bagi mereka yang ingin membangun rumah baru yang nilainya tidak lebih dari 750.000 dollar Australia (Rp 7,2 miliar).

Baca juga: Polisi Australia Penendang Remaja Aborigin Disebut Alami Hari yang Buruk Saat Peristiwa Terjadi

Sedangkan untuk renovasi rumah yang sudah ada, warga harus mengeluarkan biaya sendiri antara 150.000 hingga 750.000 dollar Australia, sebelum mendapatkan bantuan tunai ini. Rumah yang direnovasi pun nilainya tidak boleh lebih dari 1,5 juta dollar.

Syarat lainnya yaitu penghasilan tahunan tidak boleh lebih dari 125.000 dollar Australia per orang, atau 200.000 dollar Australia untuk pasangan.

Pemerintahan PM Morrison mengharapkan sedikitnya 27.000 pemilik rumah atau pekerja sektor perumahan bisa mengakses skema ini.

Baca juga: Australia Uji Coba Vaksin Virus Corona pada Manusia, Bisa Tersedia Tahun Ini

Biro Statistik Australia (ABS) mencatat, ada sebanyak 7,7 juta tempat tinggal pribadi yang ada di Australia saat ini.

PM Morrison menyatakan, program ini bertujuan membantu lebih dari satu juta pekerja di sektor bangunan dan akan berlaku selama sembilan bulan ke depan.

Menurut data di Australia sebelum pandemi Covid-19, industri konstruksi mempekerjakan sekitar 1 orang dari 10 tenaga kerja yang ada.

Baca juga: Tenaga Kemanusiaan Muslim asal Indonesia di Australia Tetap Berpuasa dan Bekerja ketika Pandemi Corona

Itu sebabnya, Pemerintahan PM Morrison secara khusus menargetkan sektor ini karena potensi penyerapan tenaga kerja yang besar.

Selain itu, juga didasarkan atas perkiraan kekurangan pasokan sekitar 30 ribu rumah hunian baru untuk periode semester kedua 2020.

Warga sudah bisa mengajukan permohonan bantuan ini mulai sekarang hingga 31 Desember mendatang, dengan syarat proyek harus dikerjakan dalam jangka waktu tiga bulan dari tanggal kontrak kerja.

Baca juga: Perang Mulut Antar Pejabat Negara Bagian di Australia soal Pembukaan Perbatasan

Apakah Anda memenuhi syarat?

Selain yang disebutkan di atas, masih ada persyaratan lainnya dari sisi kontrak.

Nilai kontrak pembangunan atau renovasi akan diperiksa, apakah sesuai dengan harga pasar. Hal ini untuk mencegah timbulnya kecurangan dengan cara memanipulasi nilai kontrak demi mendapatkan bantuan tunai sebesar 25.000 dollar.

Selain itu, pekerjaan ini harus dilakukan oleh tenaga yang terdaftar atau memiliki lisensi di sektor tersebut.

Itu artinya, mereka yang ingin melakukan renovasi sendiri dianggap tidak memenuhi syarat untuk program ini.

Baca juga: Covid-19, Suasana Lebaran WNI di Australia

Dari segi syarat biaya renovasi yang terbilang tinggi, sejumlah pihak menyatakan sulit jika seseorang hanya ingin merenovasi kamar mandi atau dapur saja.

Menurut Asosiasi Industri Perumahan (HIA), biaya rata-rata renovasi kamar mandi pada 2018-19 adalah 19.553 dollar Australia, sementara dapur baru menelan biaya rata-rata 26.280 dollar Australia.

Jika digabungkan pun, belum memenuhi syarat minimal 150.000 dollar Australia.

Menurut Graham Wolfe dari HIA, renovasi yang dilakukan haruslah yang cukup besar untuk memenuhi syarat mendapatkan bantuan tunai.

Baca juga: WNI di Australia Harus Bayar Rp 300.000 untuk Surat Jalan ke Indonesia

"Batas minimal pekerjaan renovasi 150.000 dollar Australia menurut perkiraan kami akan mencakup 7.000 hingga 10.000 pekerjan selama periode 6 bulan," kata Wolfe kepada ABC News.

Wolfe mengaku yakin program ini akan membantu menghidupkan kembali sektor konstrusi perumahan.

"Mengeluarkan biaya proyek minimum 150.000 dollar Australia, akan memastikan bahwa pekerjaan di sektor ini akan tetap berjalan," katanya.

Baca juga: Viral Foto Pasangan Telanjang pada Hari Berkebun Tanpa Busana di Australia

Dinilai terlalu ketat

Namun sejumlah kalangan menilai progam Pemerintahan PM Morrison ini terlalu ketat, sehingga tidak akan mencapai sasaran yang lebih dibutuhkan saat ini.

Pemimpin Oposisi Anthony Albanese menyebut syarat-syarat untuk program ini terlalu berat bagi kebanyakan warga.

"Tidak ada orang di luar sana yang memiliki dana 150.000 dollar Australia hanya untuk merenovasi rumah mereka," ujarnya.

Ia menggambarkan, dengan skema yang ada, orang harus melakukan renovasi kamar mandi yang sangat mewah hanya demi mencapai nilai kontrak minimal yang disyaratkan.

Baca juga: Australia Minta Asal Usul Virus Corona Diselidiki, China Bekukan Impor Daging

Sedangkan Pemimpin Partai Hijau Adam Bandt menyebut bantuan tunai ini hanya akan menggunakan uang negara untuk keuntungan pribadi segelintir warga dan justru berpotensi membuat krisis tunawisma semakin memburuk.

Dewan Layanan Sosial Australia (ACOSS) juga mengkritik program ini dan memperingatkan bahwa dananya seharusnya ditujukan bagi sektor perumahan sosial.

"Program ini akan sangat bermanfaat bagi mereka yang berpenghasilan menengah dan tinggi yang mampu melakukan renovasi. Tapi tidak ada manfaat sosialnya," katanya.

"Kita masih mengalami kekurangan perumahan sosial," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com