Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Virus Corona di China Bisa Ditekan, Bisakah Langkah Mereka Diterapkan di Negara Lain?

Kompas.com - 15/03/2020, 21:26 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

BEIJING, KOMPAS.com - Langkah China melakukan isolasi terhadap 56 juta orang penduduk Hubei menanggapi virus corona belum pernah ada presedennya dalam sejarah. Mereka juga membangun rumah sakit darurat dalam 10 hari. Mungkinkah langkah itu ditiru negara lain?

Kini wabah tampak berhasil dikendalikan di China, dan di luar China terjadi peningkatan 113 kali lipat selama dua minggu.

Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Ghebreyesus menyerukan agar pemerintah masing-masing negara "mengambil tindakan segera dan agresif".

Lalu bagaimana kita belajar dari China untuk melawan virus corona?

Baca juga: Kontak dengan Menhub Budi Karya Sumadi yang Terpapar Virus Corona, Menteri Belanda Ini Bekerja dari Rumah

China: fase terburuk sudah lewat?

Kunjungan Presiden China Xi Jinping ke pusat wabah di Wuhan pada 10 Maret seakan memberi tanda bahwa darurat nasional sudah berakhir.

Menurut data resmi, kasus infeksi baru virus corona telah turun hanya menjadi beberapa puluh saja sehari.

Namun Yanzhong Huang, Senior Fellow di Global Health pada Council on Foreign Relations di New York mengatakan kepada BBC bahwa pengalaman China ini sulit ditiru di negara lain.

"Sedikit negara sekarang ini, yang demokratis maupun tidak, bisa menembus masyarakat dengan efisien dan menyeluruh."

"Sekalipun beberapa pemerintahan demokratis tertarik untuk meniru pendekatan China, mereka tak punya kekuasaan dan kewenangan untuk melakukannya".

Baca juga: Virus Corona: China Laporkan Kasus Impor Tertinggi dalam Seminggu

Kediktatoran

Menurut Dr Roberto Buriani, profesor Microbiologi dan Virologi di Università Vita-Salute San Raffaele, di Milan, tak dibutuhkan pemerintahan diktator untuk melawan virus corona.

Italia menerapkan isolasi paling keras saat ini di Eropa, mengisolasi 60 juta penduduknya. Toko-toko tutup kecuali penjual makanan dan apotik.

Pertemuan umum dilarang dan orang diminta tinggal di rumah. Untuk bepergian orang membutuhkan dokumen yang menyatakan alasan bepergian. Sekolah dan universitas ditutup.

"Pada kenyataannya, kediktatoran sudah terjadi di sana. Tiraninya adalah virus yang merampas pelukan, ciuman, makan malam bersama teman, acara minum-minum, konser, nonton teater di La Scala dan sebagainya. Kita semua harus ambil bagian. Hari kemenangan nanti pasti indah," kicaunya di Twitter.

Baca juga: Kasus Impor Virus Corona Naik, China Hadapi Tantangan Baru

Respons cepat

Dr Bruce Aylward, penasihat senior WHO mengatakan respons nasional ditentukan oleh kecepatan dan bukan hal lain. Dr Aylward yang memimpin misi pencarian fakta ke Hubei mengatakan dunia belum belajar dari pengalaman China.

"Yang kita tahu dari China adalah soal kecepatan. Kita bisa mengendalikan penyakit paru-paru jika kita bertindak dengan sangat cepat untuk mengidentifikasi kasus, mengisolasi dan menemukan pasien lalu menemukan dengan siapa mereka melakukan kontak dan mengisolasinya juga," katanya kepada BBC.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com