Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/09/2020, 11:12 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Produk jamu Indonesia memiliki peluang  untuk bisa diekspor ke negara-negara di Benua Afrika.

Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Komite Afrika Mintarjo Halim, menyebutkan, tingkat ekspor obat tradisional dan suplemen kesehatan dari Indonesia ke negara-negara di Afrika masih sangat rendah.

“Dari 12 negara itu tidak terlalu banyak ekspor dari kita. Paling hanya Nigeria yang kita konsisten setiap tahun ada masuk obat tradisional dan suplemen kesehatan,” kata Mintarjo dalam sesi webinar Jamu Modern Untuk Pasar Indonesia, Asia, Afrika, Timur Tengah & Eropa, Selasa (15/9/2020).

Baca juga: Popularitas Jamu di Indonesia Naik berkat Olahan Baru dan Café Jamu

Menurut data yang ia jabarkan, 12 negara penerima produk ekspor obat tradisional, suplemen kesehatan, dan kuasi dari Indonesia di antaranya adalah Algeria, Benin, Pantai Gading dan Mesir.

Selajutnya ada Etiopia, Ghana, Nigeria, Kenya, Madagaskar, Sudan, Tanzania, dan Togo.

Nigeria menjadi negara dengan jumlah impor prodyk obat tradisional, suplemen kesehatan, dan kuasi dari Indonesia paling tinggi dengan total 94 sepanjang 2016-2018.

Sementara yang paling rendah ada di negara Pantai Gading dan Togo dengan jumlah hanya 1.

Ilustrasi jamuShutterstock/Wisnu Haryo Yudhanto Ilustrasi jamu

Tingkat ekspor bahan tanaman obat seperti jahe, safron, kunyit, timi, daun salam, dan daun kari dari Indonesia dengan kode 0910 juga sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.

“Di tingkat dunia yang (ekspornya) besar ada dari China dan India. Padahal kita ini beriklim tropis dan mempunyai tanaman obat terbesar kedua di dunia setelah Brazil,” papar Mintarjo.

Hal itu jadi agak ironis. Salah satu penyebabnya adalah produksi tanaman obat yang banyak tapi yang diolah masih sangat sedikit.

Baca juga: Tren Obat Herbal Tingkatkan Peluang Ekspor Jamu Indonesia ke China

Peluang jamu di Afrika

Dengan kondisi iklim Afrika yang kering, kata Mintarjo, membuat produk jamu sangat cocok untuk diekspor ke sana.

Namun sayangnya hal tersebut masih terhalang dengan regulasi di Afrika yang cukup ketat dan biaya yang cukup tinggi.

“Saya lihat kalau UKM mungkin sulit karena kecil. Kalau yang besar lebih mudah. Karena dia harus mempromosikan, mendaftarkan aturan obat-obatan yang ada di sana.”

Beberapa perusahaan Indonesia disebut Mintarjo sudah cukup sukses masuk ke Afrika.

Beberapa di antaranya adalah dengan merek Madurasa, Kukubima, Puspa Ayu, Tolak Angin, dan masih banyak lagi.

Baca juga: Berapa Besar Peluang Ekspor Jamu dan Tanaman Obat Indonesia di Dunia?

Wakil Ketua Umum GP Jamu Thomas Hartono, Dipl.Ing, di kesempatan yang sama mengatakan bahwa memang benar agar jamu bisa masuk ke Afrika itu tidaklah mudah.

Produsen harus mendaftar ke National Agency for Food and Drug Administration and Control (NAFDAC) untuk bisa memasukkan jamu ke Afrika. Lembaga ini punya aturan yang cukup ketat dengan biaya yang tidak sedikit.

Ilustrasi rempah dan jamu. (Shutterstock) Ilustrasi rempah dan jamu.

Namun setelah berhasil masuk dan terdaftar, nantinya produsen bisa masuk ke hampir semua negara-negara di Afrika bagian utara.

“Pengalaman teman-teman yang sudah masuk itu cukup berhasil terutama di Nigeria, Ghana, dan lain-lain,” papar Thomas.

Kami dengan pak Mintarjo berusaha menembus pasar Afrika yang mudah dulu. Afrika selatan ya. Lalu Afrika Barat, Somalia, mungkin yang di tengah itu berpotensi tapi belum begitu mengenal produk Indonesia,” lanjutnya.

Usaha Kadin

Kadin Komite Afrika, kata Mintarjo, akan terus berusaha untuk membantu segala kendala yang dihadapi para produsen di pasar Afrika.

Termasuk salah satunya soal persoalan biaya masuk pasar yang masih sangat tinggi.

“Kita sudah membicarakan baik dengan bilateral maupun multilateral untuk diadakan penurunan tarif masuk," jelas Mintarjo.

Baca juga: Apa Itu Andaliman? Rempah Khas Tanah Batak yang Pedas Menggigit

"Kita baru dapat satu yaitu dengan Mozambik, masih ada dua yang sedang kita bicarakan. Itu juga makan waktu mungkin baru setahun lagi selesai,” lanjutnya.

Ia berharap agar para produsen dan asosiasi bisa berhubungan aktif dengan Kadin Komite Afrika. 

Hal ini bertujuan agar mereka bisa mengathui informasi dan hambatan apa saja yang terjadi untuk masalah ekspor jamu ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com