Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Implementasi Teknologi Digital Majukan Dunia Pendidikan

Kompas.com - 12/05/2023, 17:04 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Inisiatif Kemendikbud Ristek mengimplementasikan teknologi digital dalam memajukan dunia pendidikan menuai respons positif.

Sejumlah kepala sekolah, tenaga pengajar siswa, dosen dan para pemangku kepentingan lainnya menilai platform digital berhasil mengopptimalkan kegiatan belajar dan mengajar serta memudahkan proses administrasi sehingga menjadi lebih akuntabel.

Apresiasi positif ini tercermin dalam riset Segara Research Insitute yang dipublikasikan pada Jumat (12/5/2023).

Lembaga riset Segara melakukan survei secara online terhadap 3.725 responden yang tersebar di seluruh Indonesia.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.521 responden merupakan kepala sekolah, 1.591 guru, 328 dosen, dan 285 mitra kerja lain yang menjadi bagian dari ekosistem pendidikan.

Baca juga: Jadwal dan Biaya Kuliah UI Jalur Mandiri 2023

Dari sisi domisili, 3.752 responden ini tersebar merata di Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Maluku hingga Papua.

Menurut Direktur Eksekutif Segara Insitute Piter Abdullah, basis respondennya memang diperluas, agar survei ini mendapatkan gambaran yang utuh.

Tentu, kata dia, tidak semua daerah memiliki kualitas yang sama dalam penerapan teknologi, misalkan karena faktor jaringan internet atau tingkat penerimaan para pelakunya.

"Jadi, survei bukan hanya menguji efektivitas juga membantu memetakan persoalan di lapangan, sehingga ke depan adopsi teknologi digital bisa lebih dioptimalkan lagi untuk memajukan pendidikan," ucap dia dalam keterangannya di Jakarta.

Piter menjelaskan, survei ini dilakukan untuk mengindentifikasi sejumlah isu terkait adopsi teknologi digital di sektor pendidikan.

Mulai dari sikap dan penerimaan pengguna aplikasi terhadap kemajuan teknologi, pengalaman pengguna dalam memanfaatkan platform digital Kemendikbud Ristek dan sejauh mana manfaatnya baik untuk individu dan institusi.

"Dan yang paling penting adalah apa saja masukan dari responden untuk meningkatkan kualitas dan manfaat teknologi aplikasi dan platform digital Kemendikbud Ristek," jelas dia.

Adapun lingkup aplikasi dan platform digital yang menjadi objek survei adalah Platform Merdeka Mengajar (PMM), Sistem Informasi Pengadaan Sekolah (SIPLah), Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (ARKAS), Rapor Pendidikan, Akun Belajar.id, dan Kedaireka.

"Survei ini dilakukan di seluruh Indonesia dengan target responden, yaitu kepala sekolah untuk aplikasi/platform SIPLah, ARKAS dan Rapor Pendidikan, guru untuk aplikasi/platform PMM dan Akun Belajar.id dan dosen serta mitra industri untuk platform Kedaireka," ujar Piter.

Piter memaparkan, dengan menggunakan skala likert 10 (1 sangat tidak setuju sampai 10 sangat setuju), hasil survei menunjukkan bahwa kehadiran aplikasi dan platform digital Kemendikbud Ristek disambut sangat baik oleh pelaku dunia pendidikan, dalam hal ini kepala sekolah, guru, dosen dan mitra/industri.

Respon positif ini, menurut Piter, tidak terlepas dari tingkat penerimaan pelaku dunia pendidikan, dalam hal ini kepala sekolah, guru, dosen dan mitra/industri, terhadap kemajuan teknologi dan digitalisasi.

Tingkat penerimaan yang dimaksud adalah sejauh mana individu mengikuti dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan digitalisasi.

"Secara rata-rata, tingkat penerimaan kepala sekolah ada di angka 8,84/10, guru di angka 8,67/10, dosen di angka 8,81/10 dan mitra/industri di angka 8,69/10. Hasil ini juga mengindikasikan bahwa hampir seluruh kepala sekolah, guru, dosen dan mitra/industri sangat terbuka pada perkembangan teknologi dan digitalisasi,” katanya.

Meski demikian, hasil survei menemukan bahwa tidak semua responden sudah menggunakan dan memanfaatkan aplikasi dan platform digital Kemendikbud Ristek.

ARKAS menjadi aplikasi/platform digital dengan tingkat penggunaan tertinggi. Sebanyak 1.479 sekolah mulai dari SD hingga SMA/K dari 1.521 total responden sekolah sudah menggunakan ARKAS dalam perencanaan kegiatan dan anggaran sekolah (97 persen).

Baca juga: 3 Peserta UTBK SNBT 2023 di Unib yang Curang Mau Masuk Kedokteran

Sementara itu, SIPLah menjadi aplikasi/platform digital dengan tingkat penggunaan terendah, yakni 1.080 sekolah dari 1.521 total responden sekolah (71 persen).

Menurut Piter, masih rendahnya penggunaan SIPLah maupun aplikasi/platform digital yang lain dipicu sejumlah faktor.

Antara lain kendala akses internet dan listrik di daerah yang tidak mendukung, kebutuhan sekolah maupun guru belum tercukupi melalui aplikasi/platform digital tersebut, sekolah sudah memiliki sistem internal sendiri, serta kurang mendapat sosialisasi dan bimbingan teknis secara langsung.

Lebih dalam lagi, survei ini menggali tentang kualitas dan kemudahan teknologi aplikasi dan platform digital Kemendikbudristek. Kualitas dan kemudahan ini dinilai dari 4 aspek, yaitu user friendly, user interface, fitur, dan integrasi antar aplikasi.

Setidaknya 4 hal tersebut yang lazim menjadi penentu sebuah aplikasi/platform digital disukai oleh penggunanya atau tidak.

Dengan menggunakan skala likert 10 (1 sangat tidak setuju sampai 10 sangat setuju) menunjukkan bahwa aplikasi dan platform digital Kemendikbud Ristek memiliki kualitas dan kemudahan yang baik dengan nilai rata-rata 8,81/10 untuk Rapor Pendidikan, 8,73/10 untuk ARKAS, 8,6/10 untuk PMM, 8,43/10 untuk SIPLah, dan 7,69/10 untuk Kedaireka.

Selain itu, Piter menambahkan, aplikasi/platform digital dikatakan baik dan efektif ketika pengguna merasakan manfaat dari kehadiran aplikasi. Manfaat tersebut merupakan nilai dari tujuan dibangunnya aplikasi/platform digital.

Setiap aplikasi/platform digital dibangun untuk tujuan-tujuan tertentu yang pada akhirnya mempermudah pengguna dalam menyelesaikan pekerjaan, memberikan solusi atas permasalahan, dan meningkatkan nilai pengguna.

Namun, kendala-kendala tetap ada dan menjadi bahan masukan dan evaluasi bagi pengembangan teknologi aplikasi dan platform digital Kemendikbud Ristek.

"Keterbatasan akses internet dan listrik, khususnya di daerah Indonesia Timur dan daerah kepulauan menjadi kendala terbesar dalam mengakses aplikasi/platform digital. Tentu saja hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah pusat untuk memeratakan akses internet dan listrik ke seluruh pelosok," jelas Piter.

Baca juga: Orangtua Sesalkan Jarak Rumah Jadi Prioritas Saat PPDB Jalur Zonasi

Selain itu, penambahan fitur dan isi, tingkat kemudahan (ease of use) serta peremajaan user interface menjadi masukan yang paling banyak diberikan untuk pengembangan ke depan. Tidak sedikit pengguna juga mengharapkan aplikasi/platform digital dikembangkan ke dalam bentuk mobile-based.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com