Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komunitas GSM Jatim Ajak Guru Lakukan Revolusi Pendidikan Indonesia

Kompas.com - 27/05/2024, 17:17 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Komunitas Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Jawa Timur menggelar Ngkaji Pendidikan spesial Bulan Pendidikan bertajuk "Revolusi Guru Indonesia" pada Sabtu, 25 Mei 2024.

Acara berlangsung di Gedung Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur dan dihadiri sekitar 400 peserta dari berbagai daerah di Jawa Timur, Bali, Jawa Tengah, Banten, dan Jawa Barat.

Ngkaji Pendidikan GSM Jawa Timur ini diharapkan dapat membangkitkan semangat para guru untuk menjadi agen perubahan dan memajukan pendidikan di Indonesia.

Founder GSM, Muhammad Nur Rizal, dalam paparannya menjelaskan bahwa memilih kata "revolusi" bukan tanpa alasan. Revolusi diartikan sebagai perubahan mendasar dari akar rumput, sedangkan transformasi merupakan perubahan dari atas menggunakan kekuatan politik.

GSM mengajak para guru untuk melakukan perubahan mendasar dari diri sendiri yang kemudian berkembang menjadi kelompok, komunitas, dan kekuatan akar rumput yang kuat. Rizal mencontohkan tokoh-tokoh perjuangan dari Surabaya seperti HOS Tjokroaminoto dan Cak Durasim.

Lebih lanjut, Rizal menjelaskan tentang arti kata "guru" dalam Bahasa Sanskerta. Gu berarti gelap dan Ru berarti pemusnah. Jadi, guru pada hakikatnya adalah pemusnah kegelapan yang membawa jalan terang dan memusnahkan kebodohan dan ketidakberdayaan.

“Dari akar katanya pada Bahasa Sanskerta, guru itu terdiri atas Gu dan Ru. Gu itu gelap dan Ru itu pemusnah," ungkap Rizal

"Jadi, maknanya adalah pemusnah kegelapan yang tidak hanya membawa jalan terang, tetapi juga harus memusnahkan kegelapan yang dimanifestasikan sebagai kebodohan dan ketidakberdayaan,” lanjutnya.

“Dimensi fisiknya, guru mungkin mengajarkan jalan-jalan kehidupan yang baik bagi manusia, tetapi dimensi spiritualnya, guru mengajarkan jalan-jalan bagi manusia untuk mengetahui siapa dirinya, kelemahan dan kelebihan, asal-usul, dan ke mana hidup manusia akan menuju," jelas Rizal.

"Definisi guru tidak hanya disempitkan pada pengajar di ruang kelas, tetapi juga guru di alam kehidupan dalam rupa orang tua, budayawan, sastrawan, dan seniman," tegasnya.

Baca juga: Survei IDEAS: Penghasilan 74 Persen Guru Honorer di Bawah Rp 2 Juta

Makna dan marwah guru

Setelahnya, Rizal membahas tentang bagaimana tereduksinya makna dan marwah guru di Indonesia dari masa ke masa.

Di mulai dari guru Zaman Kolonialisme yang berhasil membentuk sifat idealis, tegas, dan keras, lalu, Orde Lama yang pusat pengajarannya ada pada karakter, moral, dan nilai-nilai, Orde Baru yang pekat akan unsur feodalisme, disusul oleh Zaman Reformasi yang menuai anggapan bahwa insentif bagi guru tidak sejalan dengan kualitas yang ditunjukkan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com