Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kualitas Udara Jakarta Kerap Dapat Predikat Buruk, Apa Saja Penyebabnya?

Kompas.com - 16/06/2022, 18:03 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kualitas udara dan polusi udara di Kota Jakarta kerap mendapat predikat sebagai yang terburuk di dunia. 

Misalnya berdasarkan data IQ Air, Rabu (15/6/2022), kualitas udara Jakarta disebut sebagai yang terburuk di antara kualitas udara kota-kota lainnya di dunia.

Diberitakan Kompas.com, Kamis (16/6/202), indeks kualitas udara Jakarta saat ini berada pada level: 159 AQI US, Kategori: Tidak Sehat.

Baca juga: Benarkah Hepatitis Akut Menular Melalui Udara? Ini Penjelasan Kemenkes

Konsentrasi polutan utama PM2.5 di Jakarta yaitu 70,5 µg/m³ atau 14,1x ambang batas aman yang ditetapkan WHO.

Angka 159 AQI US tersebut di atas merupakan rata-rata dari pemantauan di 10 stasiun di Jakarta menurut IQAIR.

Alert untuk kualitas udara hari ini: Peningkatan kemungkinan dampak buruk dan gangguan ke jantung dan paru-paru bagi masyarakat umum, terutama bagi kelompok sensitif.

Baca juga: Spesifikasi Fokker 27, Pesawat TNI AU Jembatan Udara Antarpulau di Wilayah Indonesia

Faktor penyebab buruknya udara Jakarta

Tangkapan layar perihal indeks atau kualitas udara Jakarta 2022.iqair.com Tangkapan layar perihal indeks atau kualitas udara Jakarta 2022.

Lantas apa faktor yang menyebabkan kondisi udara di Jakarta kerap terlihat buruk?

Buruknya kualitas udara bisa dipengaruhi oleh banyak hal. Salah satunya faktor musim yang sedang terjadi.

Faktor musim kemarau disebut menjadi penyebab buruknya kualitas di Jakarta pada pertengahan 2019.

"Jadi sumbernya kemarau, kemudian ditambah polusi dari kendaraan. Sekarang juga ada pembangunan-pembangunan di Jakarta pada tempat terbuka dengan tanah dan debu yang jadi sumber polusi," jelas Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Dodo Gunawan, dikutip dari Kontan, 28 Juni 2019.

Selain musim, kondisi kelembapan dan suhu juga ternyata memiliki peran, sebagaimana disampaikan Humas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Yogi Ikhwan, dikutip dari Kompas.com, Rabu (15/6/2022).

"Berdasarkan data dari Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) yang dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta pada tanggal 15 Juni 2022 sejak dini hari kelembapan tinggi, sedangkan suhunya rendah. Akibatnya, polutan pencemar udara terakumulasi di lapisan troposfer," kata Yogi.

Baca juga: Polusi Udara Bisa Memperburuk Kondisi Pasien Covid-19

Polusi udara dan cuaca mendung turut menambah kondisi udara di Jakarta seperti berkabut.

"Maka, akan terlihat kondisi kualitas udara seperti kabut, didukung juga dengan cuaca yang mendung," pungkasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

BMKG: Ini Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 19-20 Mei 2024

BMKG: Ini Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 19-20 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Blunder Kemendikbud Ristek soal Respons Kenaikan UKT | Listyo Sigit Jadi Kapolri Terlama Era Jokowi

[POPULER TREN] Blunder Kemendikbud Ristek soal Respons Kenaikan UKT | Listyo Sigit Jadi Kapolri Terlama Era Jokowi

Tren
Google Perkenalkan Fitur AI Overview di Ajang Google I/O 2024, Apa Itu?

Google Perkenalkan Fitur AI Overview di Ajang Google I/O 2024, Apa Itu?

Tren
Status BPJS Kesehatan Nonaktif Usai Resign, Bagaimana Mengaktifkannya?

Status BPJS Kesehatan Nonaktif Usai Resign, Bagaimana Mengaktifkannya?

Tren
Potensi Manfaat Mengonsumsi Edamame untuk Menurunkan Kolesterol Jahat

Potensi Manfaat Mengonsumsi Edamame untuk Menurunkan Kolesterol Jahat

Tren
Sejarah Lahirnya Budi Utomo 20 Mei 1908, Simbol Kebangkitan Nasional

Sejarah Lahirnya Budi Utomo 20 Mei 1908, Simbol Kebangkitan Nasional

Tren
7 Hewan Tercepat di Lautan, Ada yang Mampu Berenang hingga 110 Kilometer per Jam

7 Hewan Tercepat di Lautan, Ada yang Mampu Berenang hingga 110 Kilometer per Jam

Tren
Ritual Thudong 2024 Dimulai dari Semarang, Ini Alasannya

Ritual Thudong 2024 Dimulai dari Semarang, Ini Alasannya

Tren
Tampilan WhatsApp di iPhone Berubah, Apa yang Beda?

Tampilan WhatsApp di iPhone Berubah, Apa yang Beda?

Tren
Daftar 9 KA New Generation, Ada Kelas Ekonomi hingga Eksekutif Luxury

Daftar 9 KA New Generation, Ada Kelas Ekonomi hingga Eksekutif Luxury

Tren
20 Mei 2024 Hari Kebangkitan Nasional, Libur Tanggal Merah atau Tidak?

20 Mei 2024 Hari Kebangkitan Nasional, Libur Tanggal Merah atau Tidak?

Tren
Sering Dikira Sama, Ini Perbedaan antara Oat dan Gandum

Sering Dikira Sama, Ini Perbedaan antara Oat dan Gandum

Tren
Separator Jalur Lambat dan Cepat Ring Road Yogyakarta Tak Jadi Dibongkar, Ini Penggantinya

Separator Jalur Lambat dan Cepat Ring Road Yogyakarta Tak Jadi Dibongkar, Ini Penggantinya

Tren
50 Link Twibbon dan Ucapan Harkitnas 2024, Penuh Semangat dan Makna

50 Link Twibbon dan Ucapan Harkitnas 2024, Penuh Semangat dan Makna

Tren
Ikan Nila Disebut Suka Membuat Lubang di Dasar Sungai, untuk Apa? Ini Penjelasan Pakar

Ikan Nila Disebut Suka Membuat Lubang di Dasar Sungai, untuk Apa? Ini Penjelasan Pakar

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com