Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polusi Udara Bisa Memperburuk Kondisi Pasien Covid-19

Kompas.com - 17/07/2021, 15:45 WIB
Maulana Ramadhan

Penulis

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 masih belum berlalu. Mutasi virus corona bahkan menyebabkan munculnya varian baru yang cara penularannya bisa semakin cepat dan ganas.

Tidak hanya karena varian baru, kondisi pasien Covid-19 ternyata juga bisa diperburuk akibat faktor eksternal seperti polusi udara atau udara tercemar. Sebuah studi ilmiah menunjukkan hubungan polusi udara dengan keparahan pasien Covid-19.

Seperti diberitakan Kompas.com yang melansir Reuters, Selasa (13/7/2021), pasien Covid-19 dengan gejala berat kondisinya bisa semakin buruk akibat polusi udara.

Baca juga: Cara Kerja Oximeter, Alat Ukur Saturasi Oksigen yang Banyak Digunakan Pasien Covid-19

Hal itu berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap salah satu kota paling tercemar di Amerika Serikat, yakni kota Detroit. Dalam studinya, para peneliti ini mengatakan bahwa udara kotor berkontribusi pada keparahan pasien Covid-19.

Para peneliti ini mempelajari 2.038 orang dewasa yang dirawat dengan Covid-19 di rumah sakit di daerah Detroit.

Mereka menemukan bahwa pasien-pasien Covid-19 yang tinggal di lingkungan dengan tingkat polusi udara dan cat timbal yang tinggi, lebih mungkin mengembangkan keparahan Covid-19 yang membutuhkan perawatan intensif dan alat bantu pernapasan.

Dalam penelitian itu ditunjukkan bahwa semakin buruk kontaminasi udara lokal di lingkungan rumah mereka maka semakin tinggi pula kemungkinan untuk membutuhkan perawatan intensif.

Yang terburuk bahkan diperlukan mesin untuk membantu pernapasan mereka saat dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 yang parah.

Baca juga: Viral, Video Membuang Udara Kotor dari Paru-paru dengan Meniup Cairan Antiseptik Lewat Sedotan

Ilustrasi polusi udara di rumah tangga. Polusi udara ini menjadi penyebab utama kematian bayi di seluruh dunia. Sepanjang 2019, 500.000 bayi meninggal akibat polusi udara di rumah tangga, sebagian besar di kawasan Asia Selatan.SHUTTERSTOCK/Zoran Photographer Ilustrasi polusi udara di rumah tangga. Polusi udara ini menjadi penyebab utama kematian bayi di seluruh dunia. Sepanjang 2019, 500.000 bayi meninggal akibat polusi udara di rumah tangga, sebagian besar di kawasan Asia Selatan.

Baca juga: 5 Tips Lindungi Rumah dari Polusi Udara dalam Ruangan

Anita Shallal dari Rumah Sakit Henry Ford Detroit mengatakan, paparan polusi udara dalam jangka panjang dapat merusak sistem kekebalan tubuh.

Akibatnya, mereka yang tinggal di lingkungan udara kotor seperti ini, akan lebih rentan terhadap infeksi virus corona.

Sementara, partikel halus dalam udara kotor juga dapat bertindak sebagai pembawa virus dan membantu penyebaran virus corona.

"Studi ini menarik perhatian pada ketidaksetaraan sistemik yang mungkin menyebabkan perbedaan yang mencolok dalam hasil Covid-19 di sepanjang garis ras dan etnis," kata Shallal dalam sebuah pernyataan dalam European Congress of Clinical Microbiology and Infectious Diseases, Jumat lalu.

Lebih lanjut Shallal mengatakan bahwa komunitas kulit berwarna lebih mungkin berlokasi di daerah yang lebih dekat dengan polusi industri.

"Bekerja di bisnis tersebut membuat mereka terpapar polusi udara," imbuh Shallal menjelaskan kerentanan kelompok ini untuk mengalami keparahan Covid-19.

(Sumber:Kompas.com/Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas | Editor: Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com