Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Steak Medium Rare Aman Dikonsumsi?

Kompas.com - 30/01/2021, 12:30 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Steak atau daging panggang adalah salah satu olahan daging yang banyak penggemarnya. Siapa yang tak suka steak? Beragam daging bisa diolah menjadi steak, seperti daging sapi, domba, atau kambing.

Diberitakan Kompas.com, 23 Februari 2020, secara umum, tingkat kematangan steak ada lima, yaitu:

  • Rare: Dipanggang selama 3-5 menit. Daging sebagian besar masih mentah, dan berwarna merah.
  • Medium rare: Daging steak telah matang di bagian luar, tetapi masih mentah pada bagian tengah.
  • Medium: Daging telah matang pada bagian luar, tetapi masih tersisa bagian mentahnya di tengah.
  • Medium well: Perpaduan antara daging yang cukup empuk dan masih terasa juicy. Warna merah daging tersisa sedikit di tengah.
  • Well done: Daging telah matang secara sempurna. Daging berwarna coklat dengan tekstur yang cenderung keras.

Mayoritas orang Indonesia menyukai steak yang dimasak dengan tingkat kematangan medium well atau well done.

Akan tetapi, sebagian penggemar steak ada yang menyukai tingkat kematangan medium rare atau medium. Hal ini lantaran daging masih berwarna merah segar dan terasa juicy.

Baca juga: 5 Restoran Milik Artis Indonesia, dari Restoran Steak sampai Makanan Thailand

Apakah steak dengan tingkat kematangan tidak sempurna aman dikonsumsi?

Ahli gizi DR dr Tan Shot Yen tidak menganjurkan konsumsi steak dengan tingkat kematangan di bawah well done.

"Risiko bukan hanya sekadar cacing dan kista atau telurnya, tapi juga penyakit lain yang dibawa karena daging tidak matang betul," kata dr Tan saat dihubungi Kompas.com, Minggu (24/1/2021).

Dia mengatakan, restoran yang menyediakan menu steak dengan tingkat kematangan di bawah well done, seharusnya mencantumkan sertifikat keamanan pangan.

"Restoran-restoran bermutu wajib memasang itu, seperti papan izin praktek dokter. Di Jepang pun, restoran-restoran yang menyajikan sashimi harus punya sertifikasi," ujar dia.

Tan menyebutkan, sertifikasi daging semacam itu masih jarang ditemui di restoran di Indonesia.

"Tidak ada jaminan sertifikasi daging dari restorannya. Pun restorannya boro-boro disidak untuk masalah keamanan pangan," kata Tan.

Tidak berpengaruh terhadap nutrisi

Ilustrasi steak dengan saus chimichurriShutterstock/Natalia Lisovskaya Ilustrasi steak dengan saus chimichurri
Tan mengatakan, tingkat kematangan daging tidak berpengaruh terhadap kualitas nutrisi yang terkandung di dalamnya.

"Protein, seng dan zat besi sama saja, mau medium, rare atau well done," kata Tan.

Dia menyebutkan, yang menjadi masalah pada steak adalah jika proses pemasakan membuatnya menjadi gosong.

"Area-area gosong yang justru disukai karena rasanya itu, berisiko karsinogen karena heterosiklik amino," ujar dia.

Tan juga meluruskan bahwa warna merah pada daging yang dimasak tidak matang sempurna bukanlah darah, melainkan myoglobin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Tren
Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com