Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

New Normal, Pertimbangkan Hal Ini jika Ingin Bawa Anak ke Mal atau Tempat Keramaian

Kompas.com - 05/06/2020, 14:37 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pakar epidemiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Bayu Satria Wiratama, mengingatkan orangtua untuk tidak mengajak anak-anak ke tempat keramaian saat fase normal baru atau new normal.

Tempat keramaian, misalnya, mal, tempat wisata, pasar, dan ruang publik yang menghadirkan banyak orang.

Seperti diketahui, pada fase new normal, sejumlah tempat perbelanjaan dan tempat keramaian lainnya mulai dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

Meski demikian, kata Bayu, hal ini bisa berbeda di setiap wilayahnya.

"Sebaiknya anak-anak tidak diajak ke tempat yang ramai. Tetapi juga tergantung dari kondisi masing-masing wilayah," kata Bayu kepada Kompas.com, Jumat (5/6/2020).

Jika indikator penularan Covid-19 di daerah tersebut masih tinggi, Bayu menyarankan agar membatasi anak ke ruang publik walaupun sudah memakai masker dan menerapkan protokol kesehatan untuk pencegahan virus corona.

Baca juga: Era New Normal, Berikut Starter Kit Dalam Tas Siaga Covid-19

Namun, hal ini bisa dipertimbangkan jika di daerah tersebut ada indikator penularan telah terkendali dan jumlah kasus menurun.

"Jika dilihat indikator penularan menurun, jumlah kasus baru turun, Rt turun, PDP menurun namun testing tetap tinggi, tracing tetap jalan, maka bisa dipertimbangkan anak-anak dan lansia untuk ke ruang publik yang terbuka seperti taman. Tetapi, dengan mematuhi protokol kesehatan. Namun, alangkah baiknya untuk tetap berada di rumah," jelas Bayu.

Sebaliknya, jika tak mengetahui perkembangan kasus Covid-19 di suatu daerah, sebaiknya menahan diri untuk berada di keramaian. 

Oleh karena itu, menurut dia, penilaian boleh tidaknya anak-anak berada di tempat keramaian harus dilihat masing-masing daerah.

"Ini tidak bisa dibuat saran secara nasional, harus daerah per daerah karena situasi masing masing daerah sangat berbeda," kata Bayu.

Ia mencontohkan, angka kasus di Surabaya berbeda dengan DKI Jakarta, demikian pula di Bandung, dan daerah-daerah lainnya.

Baca juga: Mengenal Apa Itu New Normal di Tengah Pandemi Corona...

Secara garis besar, lanjut Bayu, meski pemerintah menetapkan suatu daerah akan menerapkan new normal atau normal baru, sebaiknya tetap melihat kondisi riil.

"Tetap dilihat kondisi di lapangan bagaimana menurut assesment pemerintah daerah masing-masing," ujar dia.

Sebelumnya diberitakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta akan membuat Peraturan Wali (Perwali) Kota Surakarta yang berisi pelarangan anak-anak berkeliaran di tempat keramaian.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com