Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Bulan Isolasi di Wuhan, dari Penyesalan, Kehilangan hingga Berdamai dengan Keadaan

Kompas.com - 23/02/2020, 18:30 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Satu bulan telah berlalu sejak otoritas mengisolasi jutaan orang di Wuhan dan kota-kota lainnya di Provinsi Hubei untuk mengontrol epidemi virus corona yang masih terus mewabah.

Melalui isolasi akibat wabah yang tiba-tiba datang ini, orang-orang di pusat penyebaran virus corona COVID-19 pun menghadapi pengalaman yang mengubah hidup mereka.

Perintah isolasi yang diumumkan satu bulan yang lalu adalah respons dari krisis akibat virus corona yang sehari sebelumnya dinyatakan di bawah kendali.

Melansir SCMP, dalam minggu-minggu setelahnya, orang-orang di kota itu berhadapan dengan pengalaman yang mengubah hidup mereka, baik untuk sekadar memperoleh kebutuhan dasar di supermarket ataupun untuk memperoleh perawatan medis.

Isolasi masih terus dilakukan dan belum ada tanda-tanda kapan warga Wuhan dapat bebas meninggalkan rumah mereka.

Namun, bahkan ketika semuanya telah berakhir, kota tersebut tidak akan pernah kembali ke kondisi 'normal'.

Baca juga: Setelah Wuhan, Pemerintah Segera Evakuasi WNI di Kapal Diamond Princess di Yokohama

Tanpa kepastian

Salah satu penduduk Wuhan, Guan Wenhua, berpikir bahwa apa yang ia dengar tentang isolasi saa itu hanyalah sebuah candaan besar. Pebisnis berusia 46 tahun ini membaca berita tersebut lewat gawainya pada 23 Januari lalu.

"Bagaimana mungkin otoritas dengan mudahnya menutup pusat transportasi nasional yang begitu penting, yang merupakan rumah bagi 11 juta penduduk? Apakah kami telah ditelantarkan dan ditinggalkan di sini untuk mati?," kata Guan.

Pengumuman tersebut keluar pada pukul 2 pagi waktu setempat. Segera setelah toko-toko buka keesokan paginya, orang-orang pun berdesakan untuk memperoleh barang-barang persediaannya.

Sebelumnya, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Wuhan mengeluarkan pernyataan pada hari pertama, meminta masyarakat untuk tidak panik. Pihak berwenang berupaya untuk memberikan pembaruan kepada masyarakat tentang situasi yang tengah terjadi.

Akan tetapi, Guan dan keluarganya menghabiskan dua minggu pertama tanpa adanya kepastian dari penjelasan resmi pemerintah terkait isolasi ini.

Baca juga: Kemenkes Sebut 3 WNI di Wuhan Sudah Sehat dan Ingin Pulang

"Untuk minggu pertama dan kedua, seluruh keluargaku sangat khawatir. Sebab, pemerintah tidak pernah menjelaskan kenapa mereka membuat keputusan ini tiba-tiba. Apakah ini berarti epidemi sudah tidak dapat dikontrol? Saya takut dunia luar telah menyerah dengan kondisi kami," tuturnya.

Sementara, bagi Xia Chengfang, penduduk lain Wuhan, epidemi telah menyebabkan banyak kerugian pribadi, kerugian yang tidak dapat dihitung dengan angka.

Hari di saat isolasi Wuhan mulai diberlakukan, kakeknya mengalami demam. Ibu Xia pun mengantarkannya ke rumah sakit.

"Rumah sakit sangat penuh dengan pasien sehingga mereka menunggu lima jam untuk menemui dokter, yang hanya memberi beberapa obat dan meminta mereka untuk kembali ke rumah," kata Xia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

Tren
Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Tren
Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Tren
Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Tren
Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com