Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Para Tenaga Medis di Wuhan: Pakai Diaper, Meninggalkan Keluarga, hingga Terinfeksi Saat Hamil

Kompas.com - 10/02/2020, 14:06 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Lebih dari 900 orang meninggal dunia akibat virus corona jenis baru yang awalnya mewabah dari Wuhan, Provinsi Hubei, China.

Akan tetapi, selama jumlah infeksi ini meningkat, informasi tentang kondisi di China terbatas. 

Awalnya, media dan berita dalam negeri China dapat melaporkan epidemi ini secara detail. Beberapa hari terakhir, sejumlah artikel yang tersedia di internet dikabarkan telah ditarik.

Artikel-artikel ini di antaranya yang bermuatan kritik terkait upaya pemerintah untuk mengatasi penyebaran virus ini.

Di antara banyak kisah penanganan virus corona, ada beberapa cerita tentang perjuangan para tenaga medis membantu para pasien yang terinfeksi.

Ada yang harus meninggalkan keluarganya sekian lama, ada pula yang akhirnya terinfeksi saat kondisinya tengah hamil.

Baca juga: Update Terbaru Virus Corona: Lebih dari 900 Orang Meninggal Dunia, 40.000 Orang Terinfeksi

Kisah relawan perawat 

Sebuah kisah datang dari salah seorang perawat di Hubei, provinsi di mana wabah ini menjadi pusat penyebaran.  

Untuk melindungi identitasnya, ia meminta dipanggil menggunakan nama keluarganya, Yao.

Melansir BBC, Yao bekerja di sebuah rumah sakit di kota terbesar kedua Hubei, Xiangyang. Ia menggambarkan bekerja di sebuah bagian yang disebut sebagai "klinik demam".

Di sana, Yao menganalisis sampel darah yang diambil untuk mendiagnosis siapa pun yang diduga terdeteksi virus corona. 

Sebelum corona mewabah, Yao telah berencana untuk pergi ke Guangzhou dan menghabiskan tahun baru Imlek bersama keluarganya.

Anak dan ibunya telah pergi terlebih dahulu. Namun, ketika terjadi epidemi, Yao memutuskan untuk menjadi relawan di Xiangyang.

"Memang benar bahwa kami semua hidup dalam satu kehidupan, tetapi ada sebuah suara kuat di dalam diri saya yang mengatakan, 'Kamu harus pergi'," ungkap Yao sebagaimana dikutip BBC.

Awalnya, Yao harus mengatasi keraguannya akan keputusan ini. 

"Saya mengatakan kepada diri saya sendiri, 'Bersiaplah dan lindungi dirimu dengan baik'. Meskipun tidak ada baju pelindung, saya harus selalu memakai mantel. Jika tidak ada masker, saya dapat meminta teman-teman di seluruh China untuk mengirimkannya. Pasti selalu ada jalan," ungkap Yao.

Baca juga: Terus Mewabah, Menimbang Risiko dan Kerugian akibat Virus Corona Wuhan

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com