Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Para Tenaga Medis di Wuhan: Pakai Diaper, Meninggalkan Keluarga, hingga Terinfeksi Saat Hamil

Akan tetapi, selama jumlah infeksi ini meningkat, informasi tentang kondisi di China terbatas. 

Awalnya, media dan berita dalam negeri China dapat melaporkan epidemi ini secara detail. Beberapa hari terakhir, sejumlah artikel yang tersedia di internet dikabarkan telah ditarik.

Artikel-artikel ini di antaranya yang bermuatan kritik terkait upaya pemerintah untuk mengatasi penyebaran virus ini.

Di antara banyak kisah penanganan virus corona, ada beberapa cerita tentang perjuangan para tenaga medis membantu para pasien yang terinfeksi.

Ada yang harus meninggalkan keluarganya sekian lama, ada pula yang akhirnya terinfeksi saat kondisinya tengah hamil.

Kisah relawan perawat 

Sebuah kisah datang dari salah seorang perawat di Hubei, provinsi di mana wabah ini menjadi pusat penyebaran.  

Untuk melindungi identitasnya, ia meminta dipanggil menggunakan nama keluarganya, Yao.

Melansir BBC, Yao bekerja di sebuah rumah sakit di kota terbesar kedua Hubei, Xiangyang. Ia menggambarkan bekerja di sebuah bagian yang disebut sebagai "klinik demam".

Di sana, Yao menganalisis sampel darah yang diambil untuk mendiagnosis siapa pun yang diduga terdeteksi virus corona. 

Sebelum corona mewabah, Yao telah berencana untuk pergi ke Guangzhou dan menghabiskan tahun baru Imlek bersama keluarganya.

Anak dan ibunya telah pergi terlebih dahulu. Namun, ketika terjadi epidemi, Yao memutuskan untuk menjadi relawan di Xiangyang.

"Memang benar bahwa kami semua hidup dalam satu kehidupan, tetapi ada sebuah suara kuat di dalam diri saya yang mengatakan, 'Kamu harus pergi'," ungkap Yao sebagaimana dikutip BBC.

Awalnya, Yao harus mengatasi keraguannya akan keputusan ini. 

"Saya mengatakan kepada diri saya sendiri, 'Bersiaplah dan lindungi dirimu dengan baik'. Meskipun tidak ada baju pelindung, saya harus selalu memakai mantel. Jika tidak ada masker, saya dapat meminta teman-teman di seluruh China untuk mengirimkannya. Pasti selalu ada jalan," ungkap Yao.

Tantangan para tenaga medis

Kisah-kisah lain juga datang dari tenaga medis lain di Wuhan.

Melansir Business Insider, dokter-dokter dan para pekerja medis merasakan dampak paling besar dari korban virus corona Wuhan yang terus bertambah.

Dokter-dokter di Wuhan yang telah ditempatkan di bawah karantina pada tanggal 24 Januari lalu dihadapkan dengan lebih banyak pasien daripada yang dapat mereka tangani. 

Salah satu dokter mengatakan bahwa rumah sakit-rumah sakit telah dibanjiri pasien. 

"Ada yang sampai ribuan. Saya belum pernah melihat jumlah pasien sebanyak ini sebelumnya," ungkap dokter tersebut, sebagaimana dikutip Business Insider.

Staf-staf medis yang sudah ada di Wuhan disebut mengalami kewalahan. Untuk itu, para relawan pun berdatangan untuk memberikan bantuan di Wuhan.

Kekurangan peralatan ini termasuk alat pelindung bagi para tenaga medis.

"Banyak yang awalnya tidak tahu-menahu tentang potensi penularan antar-manusia dan bahkan saat ini, kami tidak memiliki alat pelindung yang cukup," kata salah satu dokter Wuhan, sebagaimana dikutip South China Morning Post (SCMP).

Sebagian tenaga medis juga dikabarkan mengalami stres dengan kondisi yang ada.

Seorang dokter dikabarkan menelepon penyelia atas pekerjaannya ini. 

"Saya tidak mau melakukan pekerjaan ini lagi. Pecat saya! Tendang saya keluar, kirim saya pulang ke rumah," kata dokter tesebut.

Selain itu, mereka harus menjaga hazmat suit yang dipakai agar tidak robek dan rusak. 

Tangan para petugas medis pun terus diberi disinfektan dan garis-garis dari masker wajah yang terus dikenakannya membekas hingga kulit wajah mereka.

Dalam "peperangan" terhadap virus corona ini, akhirnya perawat tersebut pun turut terinfeksi.

Kisah-kisah ini masih terus berdatangan dalam upaya memerangi virus corona jenis baru ini.

Terbaru, dokter yang memperingatkan adanya wabah virus corona sebelumnya, Li Weinlang, pun meninggal setelah terkena virus tersebut saat merawat pasien di Wuhan selama beberapa minggu. 

Kepergiannya menjadi kehilangan besar karena upaya yang dilakukannya untuk meningkatkan kesadaran akan virus sebelum ia dihukum karena disebut menciptakan kekhawatiran publik.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/02/10/140600565/kisah-para-tenaga-medis-di-wuhan-pakai-diaper-meninggalkan-keluarga-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke