KOMPAS.com - Perang Teluk II adalah konfrontasi politik yang dimulai dengan invasi Irak terhadap Kuwait pada 2 Agustus 1990.
Perang ini dipicu oleh banyak hal, salah satunya adalah perkara minyak dan utang Irak.
Dalam perkembangannya, Perang Teluk II tidak hanya melibatkan dua negara tersebut, tetapi juga Amerika Serikat, yang memihak Kuwait.
Alasan utama Amerika Serikat membantu Kuwait dalam Perang Teluk adalah karena kepentingan ekonomi.
Baca juga: Konflik Timur Tengah: Perang Irak dan Iran
Pada 1980-an, Irak terlibat dalam Perang Teluk I, yang membuat negara ini mengalami krisis ekonomi dan politik karena utang luar negeri yang sangat besar.
Utang tersebut didapatkan Irak dari Arab Saudi dan Kuwait. Irak memohon kepada Arab Saudi dan Kuwait untuk mengapus utangnya, dengan dalih biaya perang yang dikeluarkan juga demi kebaikan bersama.
Akan tetapi permohonan Irak tersebut ditolak. Selain utang Irak, berikut ini beberapa penyebab Perang Teluk II.
Pada 31 Juli 1990, sempat dilakukan negosiasi antara Irak dan Kuwait, tetapi tidak menghasilkan kesepakatan.
Baca juga: Perang Krimea: Latar Belakang, Kronologi, dan Akhir
Irak mulai menginvasi Kuwait pada 2 Agustus 1990, tetapi secara resmi Perang Teluk II baru dimulai pada Januari 1991.
Invasi yang dilakukan oleh Irak membuat Kuwait kewalahan, karena kekurangan tentara dan persenjataan.
Kuwait kemudian meminta bantuan negara tetangga seperti Arab Saudi, Mesir, bahkan Amerika Serikat dan negara barat lainnya, seperti Inggris, Perancis, dan Jerman.
Dewan Keamanan PBB sempat menyerukan Irak untuk menarik diri dari Kuwait, tetapi ditolak oleh Saddam Husein.
Meski PBB melarang perdagangan dengan Irak, perang terus berlanjut.
Baca juga: Alasan Amerika Serikat Menyerang Irak pada 2003
Melihat Kuwait kewalahan, pasukan gabungan yang membantunya memulai operasi dengan dipimpin oleh Amerika Serikat (AS).
Operasi tersebut dikenal sebagai Operasi Badai Gurun, yang berisi 750.000 pasukan gabungan militer.