Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buckyballs, Si Bola Aneh Ditemukan di Fosil Berusia 80 Juta Tahun

Kompas.com - 20/05/2020, 18:28 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Buckyballs, bentuk bola aneh yang biasanya hanya ditemukan di alam alam skala molekuler, kini ditemukan ada di fosil hewan laut yang hidup 80 juta tahun lalu.

Bentuk mikroskopis buckyballs biasanya ditemukan dalam molekul di dalam debu kosmik, dalam gas, dan beberapa jenis batuan.

Namun para peneliti terkejut saat menemukan mereka pada skala yang jauh lebih besar, yakni di dalam fosil dua spesies Cretaceous crinoids yang merupakan kerabat dari bintang laut modern dan bulu babi.

Pelat pada tubuh C. crinoids memiliki struktur berongga yang diidentifikasi para ilmuwan sebagai buckyballs.

Dalam laporan yang terbit di jurnal Paleontology edisi Mei, peneliti menuliskan ini adalah bukti pertama yang menunjukkan bahwa buckyballs secara alami berada di skala besar.

Baca juga: 110 Juta Tahun Lalu, Dinosaurus Ompong yang Aneh Hidup di Australia

Dilansir Live Science, Jumat (15/5/2020), buckyballs merupakan kependekan dari Buckminsterfullerenes.

Buckyballs adalah molekul bulat besar yang terdiri dari 60 atom karbon yang berhubungan dan membentuk 20 heksagon (segienam) dan 12 pentagon (segilima), mirip permukaan bola sepak.

Molekul-molekul aneh ini pertama kali ditemukan di luar angkasa pada 2010.

Namanya terinspirasi dari seorang arsitek bernama Buckminster Fuller yang mempopulerkan struktur serupa pada 1940-an yang disebut kubah geodesik.

Di ruang angkasa, buckyballs ada di dalam gas dan partikel.

Menurut NASA, buckyballs juga telah terdeteksi di Bumi dalam gas yang dipancarkan oleh pembakaran lilin dan mineral tertentu.

Rekan penulis studi Aaron Hunter, seorang peneliti di Fakultas Ilmu Bumi Universitas Australia Barat mengatakan, sebelumnya tidak ada catatan atau diketahui bahwa buckyballs ada di dalam hewan, baik yang masih hidup atau sudah punah sekali pun.

"Ini adalah pertama kalinya kami menemukan struktur buckyballs di dalam fosil," kata Hunter dalam sebuah pernyataan.

C. crinoids hidup selama periode Kambrium (sekitar 543 juta hingga 490 juta tahun lalu).

Sebagian besar spesies crinoid, juga dikenal sebagai bunga lili laut atau bintang bulu, mati dalam kepunahan massal Permian, sekitar 250 juta tahun yang lalu. Namun ada beberapa yang bisa bertahan hingga hari ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com