Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demo Perang Gaza di Kampus AS, "Deja Vu" Protes Mahasiswa Saat Perang Vietnam

Kompas.com - 06/05/2024, 10:47 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

NEW YORK CITY, KOMPAS.com - Demonstrasi para mahasiswa Amerika Serikat (AS) yang menentang perang Israel-Hamas di Gaza mengingatkan pada momen protes serupa mengenai perang Vietnam.

Para mahasiswa ini bermalam dengan mendirikan tenda di kampus, bentrok dengan polisi, yang berujung ditangkapnya beberapa orang oleh aparat penegak hukum.

Pada 1960-an dan 1970-an situasi serupa juga mengguncang AS ketika mahasiswa berunjuk rasa atas perang di Vietnam.

Baca juga: Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Dikutip dari kantor berita AFP pada Kamis (2/5/2024), tuntutan agar institusi akademis AS melakukan divestasi dari Israel juga mengingatkan kepada permintaan serupa pada 1980-an untuk mengurangi investasi di Afrika Selatan karena apartheid.

Menurut profesor dan sejarawan dari Harvard yaitu Julie Reuben yang meneliti aktivisme mahasiswa, ada sejumlah perbedaan dan persamaan dari demo di kampus-kampus AS mengenai perang Gaza dan perang Vietnam.

“Periode demo mahasiswa terbesar di Amerika Serikat, juga di banyak negara lain, adalah pada 1960-an. Demo kampus pertama yang sangat besar terjadi pada 1964... Dari 1968 hingga 1972, terdapat banyak unjuk rasa."

"Ada banyak isu yang muncul. Ada isu tentang hak-hak sipil dan ras. Perang Vietnam adalah isu besar. Ada isu tentang hak dan kebebasan pelajar, dan ada isu tentang perempuan."

“Sebelumnya tak ada demo besar yang berlangsung enam tahun mengenai berbagai hal di banyak kampus di Amerika Serikat. Jadi itu periode yang unik."

"Tetapi yang terjadi sejak periode itu adalah seringnya terjadi demo—kadang-kadang kecil karena isu-isu kampus lokal, dan kadang-kadang menjadi semacam gerakan nasional... seperti protes untuk divestasi dari Afrika Selatan (selama apartheid)," terangnya.

Perbandingan dengan demo di kampus AS sekarang

Mahasiswa dan masyarakat sipil di City College berkumpul untuk melakukan demo pro-Palestina di New York City pada 26 April 2024. Mereka bergabung dengan mahasiswa dari Universitas Columbia dan sejumlah pelajar sekolah lainnya di Amerika Serikat untuk menyuarakan hal yang sama.GETTY IMAGES/SPENCER PLATT via AFP Mahasiswa dan masyarakat sipil di City College berkumpul untuk melakukan demo pro-Palestina di New York City pada 26 April 2024. Mereka bergabung dengan mahasiswa dari Universitas Columbia dan sejumlah pelajar sekolah lainnya di Amerika Serikat untuk menyuarakan hal yang sama.
“Ada banyak penolakan terhadap divestasi dari Afrika Selatan—dibutuhkan aktivisme selama bertahun-tahun untuk benar-benar membuat banyak kampus melakukan divestasi. Masyarakat belum tentu berpikir hal itu baik dilakukan oleh universitas, tetapi tidak banyak perpecahan di antara mereka."

“Saya pikir demo 60-an lebih seperti itu. Perang Vietnam isu yang sangat kontroversial. Banyak orang mengira itu perang tidak bermoral, tetapi banyak juga mahasiswa, pada awal demo, menganggapnya anti-Amerika jika memprotes perang."

“(Saat ini) ini perpecahannya juga sangat emosional, dan ini sesuatu yang belum pernah kita alami sejak perang Vietnam."

Contohnya, lanjut Reuben, adalah kecaman dan ketertarikan dari luar lingkup mahasiswa yang sangat kuat, termasuk tekanan politik untuk menutup demonstrasi ini.

Meski demo saat ini tidak sebesar saat puncak 1960-an dari segi jumlah pedemo, tetapi kecepatan penyebarannya ke banyak kampus menurut Prof Reuben sangat mengejutkan.

Baca juga: Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Tanggapan universitas dulu dan sekarang

“Pada 1960-an, pimpinan universitas sangat marah karena mahasiswa berani melakukan protes seperti ini. Ada banyak represi, tetapi ada juga pola yang tampaknya terlihat pada akhir dekade ini, bahwa semakin kuat penindasan terhadap pedemo—mendatangkan polisi, menangkap mahasiswa—maka semakin besar aksi protes itu.

“Anda mulai melihat institusi-institusi menyadari mungkin lebih baik menoleransi demo dan tidak merespons dengan cara yang sangat primitif, dan itu akan membuat unjuk rasa selesai lebih cepat.

“Mulai 70-an, dan saya pikir sampai sekarang, sering kali universitas menindak demo dengan tindakan disipliner, tetapi tidak terlalu keras."

“Jadi sangat mengejutkan banyaknya universitas yang memanggil polisi saat ini karena respons ini sangat umum pada 1960-an. Saya pikir banyak orang menyadari ini bukanlah respons yang baik.”

Baca juga: Galon Air Jadi Simbol Baru Demonstran Pro-Palestina di Kampus AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com