Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Niger yang Dikudeta Yakin Diplomasi Bisa Pulihkan Kekuasaannya

Kompas.com - 06/08/2023, 09:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Reuters

NIAMEY, KOMPAS.com - Perdana Menteri Niger yang digulingkan pada hari Sabtu (5/8/2023) berpegang teguh pada harapan bahwa kudeta militer pekan lalu dapat dibatalkan melalui diplomasi.

Ini disampaikan kepada Reuters pada malam menjelang tenggat waktu yang ditetapkan oleh kekuatan regional untuk memulihkan pemerintahan terpilih.

Pengambilalihan kekuasaan oleh militer Niger, yang ketujuh di Afrika Barat dan Tengah dalam tiga tahun terakhir, telah mengguncang wilayah Sahel barat, salah satu wilayah termiskin di dunia, yang memiliki arti strategis bagi kekuatan-kekuatan global.

Baca juga: UPDATE Kudeta Niger: Para Panglima Militer Afrika Barat Setujui Kemungkinan Intervensi

Dilansir dari Reuters, para kepala pertahanan dari Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) telah menyusun rencana aksi militer jika para pemimpin kudeta tidak mengembalikan Presiden terpilih Mohamed Bazoum, yang saat ini ditahan oleh militer di kediamannya di Niamey, paling lambat hari Minggu (6/8/2023).

Janji mereka telah meningkatkan momok konflik lebih lanjut. Apalagi wilayah itu telah memerangi pemberontakan Islamis mematikan yang telah menewaskan ribuan orang dan memaksa jutaan orang mengungsi.

Namun, saat tenggat waktu semakin dekat, Perdana Menteri Bazoum, Ouhoumoudou Mahamadou, percaya bahwa intervensi di menit-menit terakhir masih mungkin dilakukan, katanya dalam sebuah wawancara di Paris.

"Kami masih berharap," kata Mahamadou, yang sedang berada di Roma ketika kudeta terjadi.

"Kami berharap Presiden Bazoum dibebaskan, dipekerjakan kembali, dan semua institusi yang diduga dibubarkan dipulihkan secara keseluruhan," tambahnya.

Perancis mengatakan pada hari Sabtu bahwa mereka akan mendukung upaya untuk membatalkan kudeta, tanpa menjelaskan apakah dukungannya akan memerlukan bantuan militer untuk intervensi ECOWAS.

Namun pemimpin kudeta yang berusia 59 tahun, Jenderal Abdourahamane Tiani, yang menerima beberapa pelatihan militernya di Perancis, mengatakan bahwa junta tidak akan mundur.

Baca juga: Kudeta Niger: Rusia Peringatkan Intervensi Asing Tak Akan Selesaikan Krisis

Sementara itu, opsi-opsi ECOWAS, yang berkisar dari invasi darat hingga membantu kudeta tandingan dalam negeri, semuanya berisiko memicu ketidakamanan.

Mahamadou mengatakan bahwa ia telah melakukan kontak dengan Bazoum, namun mempertanyakan bagaimana presiden yang digulingkan, yang dua minggu lalu tinggal tanpa hambatan di istana, diperlakukan.

"Dia baik-baik saja sebagai tahanan politik, diasingkan, tanpa air, tanpa listrik, bisa melakukannya," katanya, menambahkan bahwa intervensi ECOWAS bisa menjadi satu-satunya cara untuk mengubahnya.

"Keamanan presiden adalah masalah yang ada di tangan ECOWAS," katanya.

Baca juga: Rusia Prihatin Kudeta Niger, Bos Wagner Malah Mendukung Kudeta

ECOWAS telah mengambil sikap keras terhadap pengambilalihan ini. Mengingat kekayaan uranium dan minyaknya serta peran penting dalam perang melawan militan, Niger memiliki arti penting bagi AS, China, Eropa, dan Rusia.

Di bawah rencana intervensi, keputusan kapan dan di mana untuk menyerang akan dibuat oleh para kepala negara, kata Abdel-Fatau Musah, komisaris ECOWAS untuk urusan politik, perdamaian dan keamanan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com