Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan China dan Korsel Khawatir Jepang Buang Limbah PLTN Fukushima ke Laut

Kompas.com - 06/07/2023, 13:47 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: VOA Indonesia

IWAKI, KOMPAS.com - Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) melangsungkan pertemuan dengan warga lokal untuk memastikan kelancaran pelepasan air limbah radioaktif PLTN Fukushima yang sudah diolah ke Samudra Pasifik.

Meski IAEA memberikan lampu hijau, negara-negara tetangga Jepang tetap menyampaikan kekhawatiran.

Rafael Grossi, Kepala Badan Energi Atom Internasional IAEA pada Rabu (5/7/2023) pergi ke Kota Iwaki, sekitar 40 kilometer selatan Fukushima untuk bertemu dengan para pejabat lokal dan wakil-wakil komunitas nelayan di kota itu.

Baca juga: IAEA Izinkan Jepang Buang Limbah PLTN Fukushima ke Laut

“Apa yang dilakukan IAEA, yang merupakan badan PBB urusan nuklir, adalah membuat kami terlibat dengan pekerjaan ini. Bukan seperti yang dikatakan sebagian orang, bahwa kami bertujuan politis, atau ingin menutupi, membenarkan, membuat seakan-akan sesuatu yang buruk menjadi baik,” ujar Grossi.

Grossi pada Rabu juga datang ke PLTN Fukushima, mengamati tempat pengolahan air limbah radioaktif sebelum diangkut melalui pipa hitam dari tangki pengambil sampel dan pencampur ke sebuah fasilitas di pantai, untuk diencerkan setidaknya 100 kali dengan menggunakan air laut.

Menurut rencana, air limbah radioaktif yang sudah diolah ini akan dibuang ke Samudra Pasifik, satu kilometer lepas pantai, melalui sebuah terowongan bawah laut.

Grossi memastikan kepada wartawan bahwa “tingkat radioaktif jauh di bawah standar yang disetujui.”

Baca juga: Jepang Akan Buang Limbah PLTN Fukushima ke Laut, Indonesia Ikut Buka Suara

IAEA lakukan kajian sejak tahun 2021

Sejak tahun 2021, atas permintaan Pemerintah Jepang, tim IAEA telah melakukan kajian atas keamanan rencana pembuangan limbah radioaktif nuklir dari PLTN Fukushima yang hancur akibat gempa dahsyat dan tsunami tahun 2011.

Grossi menyampaikan tinjauan akhir atas kajian timnya itu kepada Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pada Selasa (4/7/2023), yang akan membuat keputusan akhir tentang seberapa cepat pelepas limbah yang kontroversial itu dapat dimulai.

Meskipun sudah mendapat lampu hijau dari IAEA, sebagian negara tetangga Jepang tetap menyampaikan kekhawatiran mereka.

China memperingatkan bahwa dukungan IAEA sedianya tidak menjadi “izin” bagi Jepang untuk melepas air limbah radioaktif yang telah diolah itu ke Samudera Pasifik.

Sementara di Korea Selatan, Wakil Menteri Pertama di Kantor Koordinasi Kebijakan Pemerintah Korea Selatan Park Gu-yeon mengatakan menghormati hasil kajian IAEA dan meyakinkan warga agar mereka tidak khawatir dengan rencana Jepang itu.

Tetapi anggota Federasi Gerakan Lingkungan Hidup Korea Ahn Jae Hun mengatakan, pembuangan air limbah radioaktif yang sudah diolah itu tetap tidak dapat diterima karena IAEA tidak mengkaji alternatif lain selain membuangnya ke laut.

Baca juga: Kondisi PLTN Fukushima Kini, 12 Tahun Usai Gempa dan Tsunami Jepang 2011

Artikel ini pernah dimuat di VOA Indonesia dengan judul IAEA Beri Lampu Hijau Pembuangan Limbah PLTN Fukushima, China dan Korsel Khawatir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Global
Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis 'Habisi Mereka' di Rudal Israel...

Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis "Habisi Mereka" di Rudal Israel...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com