TOKYO, KOMPAS.com - Pelepasan kontroversial lebih dari satu juta ton air dari pembangkit nuklir Fukushima Daiichi yang hancur akan dimulai pada musim semi atau musim panas mendatang.
Dilansir dari Guardian, langkah pemerintah Jepang ini telah memicu kemarahan di antara komunitas nelayan lokal dan negara-negara di kawasan itu.
Keputusan tersebut diambil lebih dari dua tahun setelah pemerintah menyetujui pelepasan air, yang akan diolah untuk menghilangkan sebagian besar bahan radioaktif tetapi masih mengandung tritium, bentuk hidrogen radioaktif alami yang secara teknis sulit dipisahkan dari air.
Baca juga: Jepang Berencana Buang Air Limbah PLTN Fukushima ke Pasifik, Mikronesia Mencak-mencak
Pejabat Jepang bersikeras bahwa air yang Fukushima tidak akan menimbulkan ancaman bagi kesehatan manusia atau lingkungan laut.
Meski begitu, rencana tersebut mendapat tentangan dari para nelayan yang mengatakan hal itu berisiko menghancurkan mata pencaharian mereka.
12 tahun lalu, gempa berkekuatan 9,0 yang memicu tsunami besar ebih dari 18.000 orang di sepanjang pantai timur laut Jepang.
Gelombang tsunami juga menghantam Fukushima Daiichi, mematikan pasokan listrik cadangannya, memicu kehancuran di tiga reaktornya dan mengirimkan radiasi dalam jumlah besar ke atmosfer dalam kecelakaan nuklir paling serius sejak Chernobyl seperempat abad sebelumnya.
Baca juga: Jepang Setuju Buang 1 Juta Ton Air Olahan Limbah PLTN Fukushima ke Laut
Air limbah di Fukushima disimpan di lebih dari 1.000 tangki yang menurut pejabat perlu dipindahkan agar pabrik dapat dinonaktifkan, sebuah proses yang diperkirakan akan memakan waktu 30 hingga 40 tahun.
Kementerian luar negeri Jepang mengatakan pada Juli lLu bahwa regulator menganggap aman untuk melepaskan air, yang akan dibuang secara bertahap ke Samudera Pasifik melalui terowongan setelah diolah dan diencerkan.
Operator rencana tersebut, Tokyo Electric Power (Tepco), mengatakan teknologi pengolahan airnya, yang dikenal sebagai Alps, dapat menghilangkan semua bahan radioaktif dari air kecuali tritium, yang dikatakan tidak berbahaya dalam jumlah kecil.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) juga telah menunjukkan bahwa pembangkit nuklir di seluruh dunia menggunakan proses serupa untuk membuang air limbah yang mengandung konsentrasi rendah tritium dan radionuklida lainnya.
Baca juga: Petaka 11 Maret 2011, Tsunami dan Gempa Bumi Terbesar Picu Bencana Nuklir Fukushima
Korea Selatan dan China telah menyuarakan keprihatinan tentang pelepasan tersebut, sementara Forum Kepulauan Pasifik mengatakan keprihatinan serius tentang pelepasan yang diusulkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.