Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jerman Nyatakan Energi Nuklir “Berbahaya”

Kompas.com - 04/01/2022, 17:26 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP

BERLIN, KOMPAS.com - Pemerintah Jerman mengatakan bahwa mereka menganggap energi nuklir berbahaya, dan menolak proposal Uni Eropa (UE) untuk membiarkan teknologi itu menjadi bagian dari rencana masa depan energi terbarukan yang ramah lingkungan.

Jerman bersiap mematikan tiga pembangkit tenaga nuklir yang tersisa pada akhir 2022, dan menghapus batubara pada 2030.

Baca juga: Jerman Resmi Tutup Tiga dari Enam Pembangkit Nuklir yang Tersisa

Sedangkan tetangganya Perancis bertujuan untuk memodernisasi reaktor yang ada, dan membangun yang baru untuk memenuhi kebutuhan energi masa depan.

Berlin berencana untuk sangat bergantung pada gas alam, sampai dapat mengganti prosuksi dayanya dari sumber enegi yang tidak menimbulkan polusi.

Jalan berlawanan yang diambil oleh dua ekonomi terbesar UE telah menimbulkan situasi canggung bagi Komisi eksekutif blok tersebut.

Rancangan rencana Uni Eropa yang dilihat AP, menyimpulkan bahwa baik energi nuklir dan gas alam dalam kondisi tertentu dapat dianggap berkelanjutan untuk tujuan investasi.

"Kami menganggap teknologi nuklir berbahaya," Juru Bicara Pemerintah Jerman Steffen Hebestreit mengatakan kepada wartawan di Berlin melansir AP pada Senin (3/1/2022).

Pihaknya menekankan soal pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan dengan limbah radioaktif, yang akan bertahan selama ribuan generasi, masih belum terjawab.

Baca juga: Uni Eropa Berencana Labeli Nuklir dan Gas Alam Sebagai Investasi Hijau

Hebestreit menambahkan bahwa Jerman "dengan tegas menolak" penilaian UE tentang energi atom dan telah berulang kali menyatakan posisi ini terhadap komisi tersebut.

Jerman sekarang sedang mempertimbangkan langkah selanjutnya mengenai masalah ini, katanya.

Para pemerhati lingkungan mengkritik penekanan Jerman pada gas alam, yang lebih sedikit menimbulkan polusi daripada batu bara, tetapi masih menghasilkan karbon dioksida — gas rumah kaca utama — ketika dibakar.

Hebestreit mengatakan tujuan pemerintah Jerman adalah untuk menggunakan gas alam hanya sebagai "jembatan teknologi".

Gas alam, kata dia, akan diganti dengan alternatif non-polusi seperti hidrogen yang diproduksi dengan energi terbarukan pada 2045, sesuai batas waktu yang telah ditetapkan Jerman untuk menjadi Negara netral iklim.

Namun pada kesempatan yang sama Steffen menolak mengatakan apakah Kanselir Jerman Olaf Scholz mendukung pandangan Menteri Ekonomi dan Iklim Robert Habeck, bahwa proposal Komisi UE adalah bentuk "greenwashing".

Greenwashing merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut perusahaan yang mengeklaim melindungi lingkungan tetapi di waktu yang bersamaan terus merusaknya.

Baca juga: Masalah Kesepakatan Nuklir Iran dan Kepentingan Negara-negara yang Terlibat di Dalamnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Global
Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Global
[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

Global
 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com