Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dicemooh Anggota Parlemen dalam Sidang Paripurna, Begini Reaksi Presiden Brasil

Kompas.com - 04/02/2021, 18:06 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

BRASILIA, KOMPAS.com - Anggota parlemen oposisi mencemooh Presiden Brasil Jair Bolsonaro ketika berpidato di sesi bersama Kongres.

Melansir Reuters pada Rabu (3/2/2021), dalam agenda itu dia menjabarkan prioritas legislatifnya untuk tahun 2021.

Bolsonaro, menghadapi kritik atas penanganannya terhadap wabah Covid-19 paling mematikan kedua di dunia.

Namun dia mengklaim pemerintahannya telah mengalokasikan cukup dana untuk memvaksinasi warga Brasil. “Negeri Samba” juga disebut akan segera memperoleh vaksin yang disetujui oleh regulatornya.

Di hadapan Kongres, Bolsonaro juga menyebut program prioritas lainnya, yaitu privatisasi perusahaan negara, independensi bank sentral, dan reformasi administrasi dan pajak.

Politisi berusia 65 tahun ini juga memasukkan rancangan undang-undang (RUU) reformasi "pakta federatif" dalam prioritasnya. Beleid itu bertujuan untuk mengubah hubungan pembiayaan antara pemerintah federal dan lokal.

Baca juga: Angka Kematian Covid-19 Tinggi, Rakyat Brasil Tuntut Presiden Jair Bolsonaro Mundur

Agendanya memiliki peluang bagus untuk diloloskan setelah sekutunya mengambil kendali Kongres pada Senin (1/2/2021), dalam pemilihan untuk memimpin dari kedua badan legislatif.

Tetapi ketika Presiden ke-38 Brasil ini memulai pidatonya, oposisi mencemooh presiden.

Dia menanggapi cemoohan itu dengan mengatakan: "Sampai jumpa pada 2022."

Bolsonaro mengacu pada pemilihan presiden tahun depan, ketika dia berencana untuk mencari masa jabatan kedua.

Arthur Lira, ketua majelis rendah dan anggota Partai Progresif sayap kanan yang baru terpilih, mengatakan negara itu membutuhkan tindakan darurat untuk membantu warga Brasil yang terkena pandemi, sambil mengamati tanggung jawab fiskal dalam pengeluaran pemerintah.

Tahun lalu, popularitas Bolsonaro sedikit terdongkrak setelah mengeluarkan “bantuan sosial”, untuk warga Brasil yang kehilangan mata pencariannya dalam pandemi.

Tetapi kebijakan itu membebani Departemen Keuangan Brasil lebih dari 322 miliar reais (60 miliar dollar AS setara Rp 840 triliun). Beban pengeluaran itu telah menjerumuskan keuangan pemerintah Brasil sangat dalam.

Baca juga: Krisis Oksigen di Brasil Kini Ancam Kebutuhan Medis Bayi Prematur

Program bantuan tersebut berakhir pada 31 Desember, dan anggota parlemen sedang mencari cara untuk memperpanjangnya.

Ketua Senat yang baru terpilih, Rodrigo Pacheco, dari partai Demokrat, mengatakan kedua pemimpin akan bertemu dengan tim ekonomi Bolsonaro. Mereka berusaha untuk menemukan cara membantu warga yang membutuhkan tanpa melanggar batas pengeluaran wajib negara.

Baca juga: Makin Kewalahan, Hampir 40 Persen Pasien Covid-19 Dirawat di Rumah Sakit Brasil Meninggal Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Global
Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis 'Habisi Mereka' di Rudal Israel...

Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis "Habisi Mereka" di Rudal Israel...

Global
Rangkuman Hari Ke-825 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Minta Dunia Tak Bosan | Putin Wanti-wanti Barat soal Senjata

Rangkuman Hari Ke-825 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Minta Dunia Tak Bosan | Putin Wanti-wanti Barat soal Senjata

Global
Tragedi di Desa Yahidne Dinilai Jadi Gambaran Rencana Putin atas Ukraina

Tragedi di Desa Yahidne Dinilai Jadi Gambaran Rencana Putin atas Ukraina

Internasional
Kolombia Selangkah Lagi Larang Adu Banteng mulai 2027

Kolombia Selangkah Lagi Larang Adu Banteng mulai 2027

Global
Hamas Tewaskan 1.189 Orang, Israel 36.096 Orang

Hamas Tewaskan 1.189 Orang, Israel 36.096 Orang

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com