Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB Peringatkan Krisis Kelaparan Parah di Yaman

Kompas.com - 21/11/2020, 06:09 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber AFP

JENEWA, KOMPAS.com - Yaman yang dilanda perang sudah lama berada dalam bahaya kelaparan. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan pada Jumat (20/11/2020) bahwa negara itu dalam krisis kelaparan terburuk yang pernah terjadi di dunia dalam beberapa dekade.

"Jika tidak ada tindakan segera, jutaan nyawa mungkin hilang," kata Guterres dikutip AFP, tentang negara yang telah mengalami perang lima tahun antara pemberontak Houthi yang didukung Iran dan pasukan pemerintah.

Pemerintah di Yaman didukung oleh koalisi pimpinan Arab Saudi, dibantu oleh kekuatan Barat termasuk Amerika Serikat (AS).

Baca juga: Pengadilan Houthi Yaman Hukum Mati 21 Mata-mata Koalisi Arab Saudi

Pemerintahan Presiden Donald Trump yang akan keluar telah mengisolasi musuh bebuyutannya, Teheran sebagai inti dari kebijakan regional AS.

Peringatan dari Guterres, yang terbaru dari PBB tentang Yaman, muncul di tengah laporan bahwa pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan untuk melabeli Houthi sebagai organisasi teroris.

Itu bisa melumpuhkan pengiriman bantuan dan memperburuk keadaan di Yaman, lapor kelompok bantuan.

Dalam pernyataannya, Guterres hanya menyebutkan kemungkinan ini secara tidak langsung.

Baca juga: Perang Yaman Memanas, Ibu Kota Arab Saudi Bisa Jadi Target Rudal

"Saya mendesak semua orang yang berpengaruh untuk segera bertindak atas masalah ini untuk mencegah bencana, dan saya juga meminta semua orang menghindari tindakan apa pun yang dapat membuat situasi yang sudah mengerikan menjadi lebih buruk," kata sekretaris jenderal.

Soal mengategorikan Houthi sebagai organisasi teroris dan mampu memicu lumpuhnya akses bantuan ke Yaman, Guterres memperingatkan agar AS tidak semakin mendestabilisasi "situasi yang sudah sangat rapuh".

"Kami yakin bahwa inisiatif sepihak lainnya mungkin tidak akan positif. Saya kira kita tidak perlu mengganggu situasi saat ini," katanya.

Baca juga: PBB: Pasokan Senjata Barat dan Iran Picu Kejahatan Perang di Yaman Selama 6 Tahun

Pernyataan Guterres mengatakan bahwa alasan meningkatnya ancaman kelaparan termasuk juga penurunan tajam dana untuk program bantuan terkoordinasi PBB, ketidakstabilan mata uang Yaman dan "hambatan" untuk organisasi bantuan yang diberlakukan oleh pihak yang bertikai.

Pemberontak Houthi menguasai ibu kota Yaman, Sanaa dan sebagian besar wilayah utara setelah perang hebat yang telah menciptakan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Jika AS menyebut Houthi sebagai kelompok teror, itu berarti banyak negara akan kesulitan berinteraksi dengan para pemberontak.

Baca juga: Sehari Setelah Gencatan Senjata, Yaman Umumkan Kasus Covid-19 Pertama

Dampaknya pada Houthi, yang sudah berada di bawah sanksi AS, mungkin terbatas tetapi rakyat Yaman biasa dapat menanggung akibatnya, dengan kerusakan lebih lanjut pada program bantuan yang sudah dikurangi karena pendanaan terendah selama pandemi virus corona.

Segala sesuatu mulai dari urusan dengan pejabat Houthi, penanganan pajak, menggunakan sistem perbankan, membayar petugas kesehatan, membeli makanan dan bahan bakar, dan mengatur layanan internet bisa terdampak, lapor kelompok kemanusiaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Global
Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis 'Habisi Mereka' di Rudal Israel...

Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis "Habisi Mereka" di Rudal Israel...

Global
Rangkuman Hari Ke-825 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Minta Dunia Tak Bosan | Putin Wanti-wanti Barat soal Senjata

Rangkuman Hari Ke-825 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Minta Dunia Tak Bosan | Putin Wanti-wanti Barat soal Senjata

Global
Tragedi di Desa Yahidne Dinilai Jadi Gambaran Rencana Putin atas Ukraina

Tragedi di Desa Yahidne Dinilai Jadi Gambaran Rencana Putin atas Ukraina

Internasional
Kolombia Selangkah Lagi Larang Adu Banteng mulai 2027

Kolombia Selangkah Lagi Larang Adu Banteng mulai 2027

Global
Hamas Tewaskan 1.189 Orang, Israel 36.096 Orang

Hamas Tewaskan 1.189 Orang, Israel 36.096 Orang

Global
Taiwan Minta Dukungan Indonesia di Tengah Latihan Militer China

Taiwan Minta Dukungan Indonesia di Tengah Latihan Militer China

Global
Israel Mengelak Serangannya ke Rafah Sebabkan Kebakaran Mematikan

Israel Mengelak Serangannya ke Rafah Sebabkan Kebakaran Mematikan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com