JENEWA, KOMPAS.com - Yaman yang dilanda perang sudah lama berada dalam bahaya kelaparan. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan pada Jumat (20/11/2020) bahwa negara itu dalam krisis kelaparan terburuk yang pernah terjadi di dunia dalam beberapa dekade.
"Jika tidak ada tindakan segera, jutaan nyawa mungkin hilang," kata Guterres dikutip AFP, tentang negara yang telah mengalami perang lima tahun antara pemberontak Houthi yang didukung Iran dan pasukan pemerintah.
Pemerintah di Yaman didukung oleh koalisi pimpinan Arab Saudi, dibantu oleh kekuatan Barat termasuk Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Pengadilan Houthi Yaman Hukum Mati 21 Mata-mata Koalisi Arab Saudi
Pemerintahan Presiden Donald Trump yang akan keluar telah mengisolasi musuh bebuyutannya, Teheran sebagai inti dari kebijakan regional AS.
Peringatan dari Guterres, yang terbaru dari PBB tentang Yaman, muncul di tengah laporan bahwa pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan untuk melabeli Houthi sebagai organisasi teroris.
Itu bisa melumpuhkan pengiriman bantuan dan memperburuk keadaan di Yaman, lapor kelompok bantuan.
Dalam pernyataannya, Guterres hanya menyebutkan kemungkinan ini secara tidak langsung.
Baca juga: Perang Yaman Memanas, Ibu Kota Arab Saudi Bisa Jadi Target Rudal
"Saya mendesak semua orang yang berpengaruh untuk segera bertindak atas masalah ini untuk mencegah bencana, dan saya juga meminta semua orang menghindari tindakan apa pun yang dapat membuat situasi yang sudah mengerikan menjadi lebih buruk," kata sekretaris jenderal.
Soal mengategorikan Houthi sebagai organisasi teroris dan mampu memicu lumpuhnya akses bantuan ke Yaman, Guterres memperingatkan agar AS tidak semakin mendestabilisasi "situasi yang sudah sangat rapuh".
"Kami yakin bahwa inisiatif sepihak lainnya mungkin tidak akan positif. Saya kira kita tidak perlu mengganggu situasi saat ini," katanya.
Baca juga: PBB: Pasokan Senjata Barat dan Iran Picu Kejahatan Perang di Yaman Selama 6 Tahun
Pernyataan Guterres mengatakan bahwa alasan meningkatnya ancaman kelaparan termasuk juga penurunan tajam dana untuk program bantuan terkoordinasi PBB, ketidakstabilan mata uang Yaman dan "hambatan" untuk organisasi bantuan yang diberlakukan oleh pihak yang bertikai.
Pemberontak Houthi menguasai ibu kota Yaman, Sanaa dan sebagian besar wilayah utara setelah perang hebat yang telah menciptakan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Jika AS menyebut Houthi sebagai kelompok teror, itu berarti banyak negara akan kesulitan berinteraksi dengan para pemberontak.
Baca juga: Sehari Setelah Gencatan Senjata, Yaman Umumkan Kasus Covid-19 Pertama
Dampaknya pada Houthi, yang sudah berada di bawah sanksi AS, mungkin terbatas tetapi rakyat Yaman biasa dapat menanggung akibatnya, dengan kerusakan lebih lanjut pada program bantuan yang sudah dikurangi karena pendanaan terendah selama pandemi virus corona.
Segala sesuatu mulai dari urusan dengan pejabat Houthi, penanganan pajak, menggunakan sistem perbankan, membayar petugas kesehatan, membeli makanan dan bahan bakar, dan mengatur layanan internet bisa terdampak, lapor kelompok kemanusiaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.