Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Virus Corona di AS Bertambah 1 Juta dalam 1 Pekan

Kompas.com - 16/11/2020, 14:35 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Kasus virus corona di Amerika Serikat (AS) dilaporkan bertambah 1 juta dalam sepekan terakhir, membuat jumlah totalnya adalah 11 juta.

Angka yang dipaparkan Universitas Johns Hopkins itu muncul setelah pemerintah negara bagian dan kota mulai menerapkan larangan guna mencegah infeksi.

Seperti Chicago yang akan memberlakukan imbauan agar warganya berada di rumah saja, yang bakal berlaku Senin waktu setempat (16/11/2020).

Baca juga: Kasus Virus Corona Meningkat Lagi, Spanyol Kembali Umumkan Keadaan Darurat

"Negeri Uncle Sam" sendiri mencatatkan 10 juta kasus virus corona pada Senin, 9 November, sebagaimana diberitakan AFP Minggu (15/11/2020).

Tetapi pada Minggu pukul 20.30 waktu lokal, atau enam hari kemudian, Johns Hopkins melaporkan kasus Covid-19 AS di angka 11,025,046.

Selain adanya penambahan satu juta kasus, AS juga mencatatkan korban meninggal karena corona yang mencapai 246.108 orang, tertinggi di seluruh dunia.

Melonjaknya kasus corona sejak awal November membuat pemerintah daerah di seantero negara khawatir dan mulai mengambil langkah tegas.

Sikap pemerintah daerah itu dipicu peringatan rumah sakit bahwa mereka mulai mengalami kekurangan sumber daya untuk merawat pasien.

Selain Chicago, New York yang adalah kota terbesar dan pernah jadi episentrum wabah pada musim panas lalu juga menerapkan aturan ketat.

Baca juga: Sehari Usai Pemilu, Kasus Virus Corona Muncul Lagi di Selandia Baru

Demi mencegah terjadiya gelombang kedua, pemerintah kota berjuluk The Big Apple itu memberlakukan peraturan di restoran maupun bar.

Sekolah-sekolah di sana tetap dibuka pada Senin. Meski begitu, Wali Kota Bill de Blasio memeringatkan pihaknya bisa saja kembali ke pelajaran secara daring.

Pada Jumat (13/11/2020), Presiden Donald Trump menjanjikan kepada warganya mereka bakal menerima vaksin yang bakal didistribusikan beberapa pekan mendatang.

Meski begitu, dia tetap kukuh tak menerapkan lockdown, di mana pemerintah negara Eropa sudah kembali melakukannya karena juga mengalami lonjakan kasus.

Masalah makin pelik karena Trump menolak bekerja sama dengan presiden terpilih Joe Biden, dengan menolak proposal dana transisi dari pihak Demokrat.

Baca juga: Kasus Virus Corona di India Tembus 5 Juta, RS Khawatir Pasokan Oksigen

Demokrat mengeluhkan sikap keras kepala sang presiden, di mana dampaknya adalah Biden tak bisa bergerak cepat menangani wabah jika dilantik Januari nanti.

Sampai saat ini, tim Joe Biden bahkan tidak diperbolehkan untuk berdialog dengan pakar seperti Anthony Fauci, yang masuk dalam jajaran gugus tugas penanganan Covid-19 AS.

"Tentu saja akan lebih baik jika pembicaraan ini bisa dihelat secara cepat," kata Fauci dalam wawancaranya dengan CNN Minggu.

Fauci mengatakan, virus corona ini bisa membunuh hingga puluhan ribu orang ketika Biden resmi menjabat pada 21 Januari 2021.

Baca juga: Kasus Virus Corona di Brasil Tembus 3,5 Juta, Kematian di Amerika Latin 250.000

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com