Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Sebut Cawapres Biden, Kamala Harris, "Buruk" dan "Licik"

Kompas.com - 12/08/2020, 13:24 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber CBS News

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa pasangan calon wakil presiden Joe Biden, Kamala Harris, "buruk" dan "tidak menghormati" Joe Biden.

Presiden Trump mengatakan hal itu sebagai respons pertama ketika Biden memilih Harris pada Selasa (11/8/2020).

Kampanye Trump juga menyebut Harris sebagai "radikal kiri" dan "palsu".

Melansir CBS News, Trump mengklaim selama konferensi pers, Selasa kemarin, bahwa Harris yang disebutnya tidak menghormati Joe Biden adalah karena ingin menyingkirkan aktivitas pengeboran minyak dan gas, ingin mendirikan pengobatan yang disosialisasikan, memangkas dana militer, serta menaikkan pajak.

Baca juga: Joe Biden Pilih Senator Kamala Harris sebagai Cawapres Melawan Trump

Dia juga menyebut Harris dulunya seorang yang buruk dan bahkan jauh lebih buruk selama debat daripada Senator Elizabeth Warren. Trump bahkan mengejeknya dengan sebutan "Pocahontas".

"Dia sangat, sangat buruk, dan yang paling membuatku kaget, dia sangat, dia mungkin lebih buruk dari Pocahontas bagi Joe Biden. Dia tidak menghormati Joe Biden dan memang sulit untuk memilih orang yang tidak terhormat seperti itu," ujar Trump.

Iklan kampanye Trump menge-tweet sebelum Trump berpidato dan berbunyi, "Pemilih menolak Harris. Para pemilih dengan cerdas bisa mengetahui kepalsuannya. Namun, tidak dengan Joe Biden. Biden tidak terlalu pintar, Biden menyebut dirinya kandidat transisi. Dia beri kendalinya pada Kamala, sementara mereka sama-sama merangkul radikal kiri. Joe si lamban dan Kamala si palsu. Pasangan sempurna. Suatu kesalahan bagi Amerika."

Baca juga: Joe Biden and His Notes on Kamala Harris: Do Not Hold Grudges

Momen bersejarah Harris Harris mengukir sejarah sebagai wanita Afro-Amerika dan Asia Amerika pertama yang dipilih sebagai cawapres.

Kedua orangtuanya adalah imigran yang pindah ke AS. Ayah Harris adalah seorang profesor ekonomi berdarah kulit hitam dari Jamaika, sedangkan ibunya ilmuwan kanker payudara yang bermigrasi dari India.

Selain itu, Harris juga menjadi wanita ketiga yang menjadi cawapres dalam sejarah pilpres AS, menyusul langkah anggota DPR dari New York Geraldine Ferraro pada pilpres 1984 dan mantan Gubernur Alaska Sarah Palin pada pilpres 2008.

Baca juga: Biden ke Komunitas Muslim Amerika: Bantu Saya Kalahkan Trump

Jika terpilih, politisi berusia 55 tahun itu akan mencetak sejarah lain, yaitu sebagai politisi wanita pertama yang terpilih sebagai wakil presiden, pencapaian yang gagal dicapai oleh Ferraro dan Palin.

Berlatar belakang hukum, Harris memulai kariernya pada tahun 1990 sebagai jaksa di daerah Alameda, California. Dia kemudian terpilih sebagai jaksa distrik San Francisco pada 2002.

Kariernya terus menanjak dan namanya mulai diperhitungkan sebagai rising star Partai Demokrat setelah meraih kemenangan tipis pada pemilihan Jaksa Agung negara bagian California pada pemilihan tahun 2010.

Baca juga: Joe Biden : Trump Presiden Rasis Pertama di Amerika Serikat

Menjabat dua periode, Harris melesat ke kancah politik nasional dengan terpilih sebagai senator, jabatan yang diembannya sejak Januari 2017.

Sempat diperhitungkan sebagai capres unggulan untuk menantang Trump, Harris mundur dari pemilihan pendahuluan (primary) Partai Demokrat pada Desember tahun lalu setelah hasil survei yang mengecewakan.

Harris mundur dari pemilihan pendahuluan itu setelah berjuang untuk mengumpulkan cukup uang.

Menurut catatan donasi California, Trump menyumbang untuk kampanye Harris untuk Jaksa Agung California baru-baru ini pada 2013.

Baca juga: Menkes AS: Trump Tawarkan Dukungan Kuat kepada Taiwan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com