Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Jengkol dan Pete Beracun? Simak Penjelasan Pakar Ini

Kompas.com - 15/09/2021, 15:15 WIB
Krisda Tiofani,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bukan hanya karena aroma atau bau khasnya, beberapa orang juga menghindari makan jengkol dan pete karena pernah disebut mengandung racun.

Menurut Ahmad Sulaeman, PhD., Guru Besar Keamanan Pangan dan Gizi dari Fakultas Ekologi Manusia IPB University sekaligus Sekjen Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan, jengkol dan pete adalah makanan yang bisa dikonsumsi.

"Secara umum petai dan jengkol itu edible, bisa dimakan karena sudah sejak lama orang mengonsumsinya," tutur Sulaeman kepada Kompas.com, Rabu (15/9/2021).

Baca juga:

Kandungan racun jengkol dan pete

Terkait kandungan racun dalam jengkol dan petai, Sulaeman membenarkan.

Namun, kandungan racun jengkol dan pete tidak semata-mata membuat orang yang mengonsumsinya keracunan.

"Yang namanya makanan itu pasti ada yang baiknya dan ada yang jeleknya, ada manfaat dan hal-hal tertentu yang bisa merugikan. Jadi, Adapun kasus-kasus orang merasakan sesuatu kesakitan setelah mengonsumsi ini, itu adalah karena kelebihan," jelas Sulaeman.

ilustrasi petai. SHUTTERSTOCK/BlackAkaliko ilustrasi petai.

Baca juga:

Sebagai contoh makanan "beracun" lain, Sulaeman menjelaskan tentang umbi gadung.

Umbi gadung merupakan makanan dengan kandungan racun yang cukup tinggi sehingga dibutuhkan pengolahan yang tepat.

Sementara jengkol dan petai merupakan makanan yang memang aman dikonsumsi dengan berbagai olahan selama jumlahnya tidak terlalu berlebihan.

"Misalnya pada jengkol, memang ada zat-zat yang namanya antinutrien, ada zat-zat yang memang toksikan alami dan bersifat racun ketika dia dimakan melebihi batas aman," ujar Sulaeman.

Belum ada batasan pasti konsumsi jengkol dan pete

Ilustrasi sambal goreng telur puyuh hati ayam, kentang, dan petai. DOK. SAJIAN SEDAP Ilustrasi sambal goreng telur puyuh hati ayam, kentang, dan petai.

Meski disebut ada batasan konsumsi jengkol dan petai, Sulaeman menuturkan bahwa belum ada jumlah batasan konsumsi jengkol dan petai yang pasti.

"Toksivitas juga ada penelitiannya tetapi berapa jumlahnya itu belum ada batasan karena ada keragaman kan," tuturnya.

Keragaman yang dimaksud adalah keragaman kandungan racun atau zat antigizi dalam jengkol dan petai serta keragaman kondisi manusia.

"Karena itu juga tergantung dengan kombinasi makannya dengan apa karena ketika makan dengan apa, ada interaksi juga antara komponen yang ada pada jengkol dan petai dengan komponen lain," tutup Sulaeman.

Baca juga:

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Foodplace (@my.foodplace)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com