Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hamid Awaludin

Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia.

Mengapa Indonesia Harus Mendukung Perdamaian di Palestina?

Kompas.com - 07/11/2023, 20:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kita cukup menjadi manusia, membela orang-orang Palestina yang didera oleh kebathilan dan kezaliman Israel, dari waktu ke waktu. Kita cukup menjadi manusia, untuk menaruh belas kasih pada orang-orang Palestina yang tanahnya sudah direbut paksa, lalu kini nyawa-nyawa mereka juga direbut dengan kekerasan oleh kebengisan sebuah kebijakan pemerintah Israel.

Gerakan perlawanan Hamas yang identik dengan bangsa Palestina itu, memang menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan. Tapi jangan melihat kekerasan itu belaka. Mari kita menggeledah, mengapa kekerasan Hamas itu terjadi?

Hamas hanyalah bagian dari kita, manusia yang memiliki harga diri. Manusia yang memahami arti “milik.” Kalau itu jadi milik, harus dipertahankan. Sejengkal tanah berarti segenggam harapan. Sejengkal tanah berarti taruhan hidup dan mati, karena kepemilikan sesuatu berarti harga diri ada di sana.

Kepemilikan berarti martabat

Kita tidak perlu bersekolah tinggi untuk memahami dan merasakan derita dan nasib tragis bangsa Palestina. Sebuah bangsa yang memiliki jejak panjang dan abadi di sebuah tempat, yang mereka huni sudah turun temurun.

Sebuah ruang, tempat mereka beranak pinak. Tempat yang menjadi milik mereka.

Masihkah kita harus berdebat bagaimana ruang yang menjadi milik itu, secara sepihak dan semena-mena, dibuldozer begitu saja, lalu pemilik sahnya yang bernama bangsa Palestina, diusir dengan cara-cara kekerasan, yang bisa memutus mata rantai sebuah bangsa yang kita labeli sebagai bangsa Palestina?

Baca juga: Perang Hamas-Israel Tewaskan 10.000 Orang di Gaza, Bagaimana Cara Menghitungnya?

Bangsa, bukan hanya ras. Bukan juga hanya agama. Bangsa adalah sebuah ruang yang bernama teritori. Di dalam teritori itulah kedaulatan ditegakkan. Kedaulatan tanpa teritori, hanyalah sebuah nama. Sebaliknya, teritori tanpa kedaulatan, hanyalah ilusi.

Bangsa Palestina berjuang dengan cara apa pun, demi ruang yang dirampas itu. Ruang miliknya itulah yang menjadi kedaulatannya, dan hanyalah orang yang berdaulat bisa bermartabat.

Tatkala kedaulatan seseorang sudah dinihilkan, di situlah perlawanan dengan segala harga, akan muncul. Di situlah ongkos untung rugi ditepikan. Kalkulasi matematika, dengan sendirinya hilang pada saat kedaulatan tersebut diusik.

Dalam perspektif inilah saya melihat perjuangan anak-anak Palestina, dari generasi ke generasi. Yang mereka tuntut dan perjuangkan, adalah miliknya sendiri, yang dirampok. Bagi mereka, milik yang dirampas, adalah perampasan harga diri.

Bangsa Palestina ingin hidup berdampingan dengan siapa pun, termasuk Israel. Tapi bagaimana caranya hidup berdampingan bila posisi sudah tidak seimbang.

Di satu sisi, Israel mempersepsikan diri sebagai majikan yang memiliki teknologi, modal, kapasitas individu, dan jaringan global.

Di sisi lain, anak-anak Palestina mereka anggap sebagai anak-anak yang lahir dan harus mati di lorong-lorong kumuh yang berdebu, hidup dengan belas kasihan orang atau bangsa lain, papa dan nista.

Tak berdaya. Tak memiliki apa pun.

Solusi dua negara yang diserukan oleh umat manusia sejagat, tidak jadi masalah. Yang penting, tanah milik mereka, dikembalikan dulu. Pengembalian tanah ke pemilik, adalah niat baik untuk diakui.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

BMKG Deteksi Kemunculan Bibit Siklon Tropis 93W, Apa Dampaknya?

BMKG Deteksi Kemunculan Bibit Siklon Tropis 93W, Apa Dampaknya?

Tren
Penyebab Anjing Peliharaan Tidur Berlebihan, Kapan Anda Perlu Khawatir?

Penyebab Anjing Peliharaan Tidur Berlebihan, Kapan Anda Perlu Khawatir?

Tren
Apa Itu Turbulensi? Ini Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya pada Pesawat

Apa Itu Turbulensi? Ini Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya pada Pesawat

Tren
Harga dan Cara Beli Tiket Fanmeeting Byeon Wooseok di Jakarta

Harga dan Cara Beli Tiket Fanmeeting Byeon Wooseok di Jakarta

Tren
Soal Kasus Fat Cat di China, Polisi Sebut Mantan Pacar Tidak Bersalah

Soal Kasus Fat Cat di China, Polisi Sebut Mantan Pacar Tidak Bersalah

Tren
Meteor Biru Melintasi Langit Spanyol dan Portugal, Ini Penjelasan Badan Antariksa Eropa

Meteor Biru Melintasi Langit Spanyol dan Portugal, Ini Penjelasan Badan Antariksa Eropa

Tren
7 Orang Dekat SYL yang Disebut Dapat Duit dari Kementan

7 Orang Dekat SYL yang Disebut Dapat Duit dari Kementan

Tren
Penjelasan TNI AL soal Lettu Eko Disebut Akhiri Hidup karena Judi

Penjelasan TNI AL soal Lettu Eko Disebut Akhiri Hidup karena Judi

Tren
Ada 2 WNI, Ini Daftar Penumpang Singapore Airlines yang Alami Turbulensi

Ada 2 WNI, Ini Daftar Penumpang Singapore Airlines yang Alami Turbulensi

Tren
Angka Kematian akibat Kecelakaan di Swedia Terendah, Apa Rahasianya?

Angka Kematian akibat Kecelakaan di Swedia Terendah, Apa Rahasianya?

Tren
Viral, Video Balita Ketumpahan Minyak Panas di Yogyakarta, Ini Kronologinya

Viral, Video Balita Ketumpahan Minyak Panas di Yogyakarta, Ini Kronologinya

Tren
Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan Hari Ini, Begini Cara Ceknya

Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan Hari Ini, Begini Cara Ceknya

Tren
Virus Raksasa Berusia 1,5 Miliar Tahun Ditemukan di Yellowstone, Ungkap Asal-usul Kehidupan di Bumi

Virus Raksasa Berusia 1,5 Miliar Tahun Ditemukan di Yellowstone, Ungkap Asal-usul Kehidupan di Bumi

Tren
3 Cara Melihat Aplikasi dan Situs yang Terhubung dengan Akun Google

3 Cara Melihat Aplikasi dan Situs yang Terhubung dengan Akun Google

Tren
BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 22-23 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 22-23 Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com