Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral, Foto Makam Korban, Ini Kronologi dan Penyebab Tragedi Sampit 2001

Kompas.com - 18/10/2023, 16:00 WIB
Alinda Hardiantoro,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

Hal itu menimbulkan persaingan kedua suku yang menjalar menjadi kerusuhan.

Pada pertengahan Desember 2000, bentrok antar suku Dayak dan Madura juga pernah terjadi di Desa Kereng Pangi.

Ketegangan memuncak setelah terjadi perkelahian di sebuah tempat hiburan di desa pertambangan emas Ampalit. Saat itu seorang etnis Dayak bernama Sandong tewas akibat luka bacok.

Peristiwa tersebut menyulut amarah suku Dayak.

Baca juga: Penyebab Konflik Sampit 2001, Kerusuhan antara Suku Dayak dan Madura

Puncak konflik Sampit

Perselisihan antara suku Dayak dan Madura itu meluas ke ibu kota Palangkaraya pada 18 Februari 2001.

Akibatnya, situasi keamanan di kota tersebut menjadi kacau. Para pedagang di pasar tak berani berjualan di toko dan kegiatan belajar mengajar di sekolah juga sempat dihentikan.

Kantor pemerintahan ditutup karena para PNS enggan berangkat ke kantor. Hal ini juga berdampak pada transportasi umum yang ikut sepi.

Dikutip dari Kompas.com (18/2/2022), data pada 23 Februari 2001 menunjukkan 187 korban tewas akibat kerusuhan itu. Sementara belasan ribu orang mengungsi dari Kalimantan Tengah.

Catatan per 26 Februari 2001 menunjukkan, jumlah pengungsi yang masuk ke Jatim karena tragedi itu sebanyak 16.211 orang.

Baca juga: Sejarah Konflik Sampit: Kronologi, Penyebab, dan Penyelesaiannya

Penyebab konflik Sampit

Dikutip dari Kompas.com (16/3/2023), konflik Sampit tidak hanya disebabkan oleh kecemburuan orang Dayak pada orang Madura di bidang ekonomi.

Abdul Rachman Patji dalam buku "Tragedi Sampit 2001 dan Imbasnya ke Palangka Raya (Dari Konflik ke (Re) konstruksi)" (2003) menulis, konfilk itu disebabkan karena benturan budaya.

Menurutnya, orang Madura tidak mau memahami budaya masyarakat Dayak yang merupakan penduduk asli Kalimantan Tengah.

Dominasi orang Madura di Kotawaringin yang menjadi daerah konflik memberi pengaruh yang kuat dan dikhawatirkan akan menguasai Sampit.

Bahkan, empat wakil DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan orang Madura.

Di sisi lain, orang Madura menganggap Sampit sebagai Sampang II, yakni wilayah lain dari Sampang yang berada di Pulau Madura.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com