Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kreator Konten Mukbang Tidak Gendut padahal Sering Makan Banyak?

Kompas.com - 06/10/2023, 20:00 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

Sayangnya, kondisi ini menyebabkan tubuh tidak sanggup menyerap nutrisi dalam makanan dengan waktu cukup. Kondisi ini ditandakan dengan sering buang air di kamar mandi.

Baca juga: Menilik Fenomena Mukbang, Tetap Laris Meski Tampilkan Makan Ekstrem

Banyak olahraga

Ilustrasi berolahraga di rumah.Shutterstock/Tirachard Kumtanom Ilustrasi berolahraga di rumah.
Seo Jae Gul menambahkan, kreator konten mukbang yang banyak berolahraga akan memiliki lebih banyak otot.

Hal ini membuat tingkat metabolisme basal atau laju metabolismenya lebih tinggi daripada kebanyakan orang.

Metabolisme tinggi menyebabkan berat badannya tidak bertambah banyak.

Mengabaikan rasa kenyang

Tak hanya itu, Seo Jae Gul mengatakan, orang yang melakukan mukbang tapi bertubuh gendut mengabaikan tanda-tanda yang dikirimkan tubuh ketika mereka kenyang.

"Kita memiliki 'saklar' yang menekan nafsu makan. Jika kita mengisi 60 persen hingga 70 persen perut kita, tubuh kita akan mengatakan, 'Kamu kenyang! Berhenti makan.' Perasaan ini disebut rasa kenyang," ujar dia.

Saat perut kenyang, tubuh akan memproduksi hormon Leptin. Hormon ini berfungsi mempertahankan berat badan normal dalam jangka panjang. 

Perut butuh waktu sekitar 20 menit untuk kenyang setelah makan. Namun, saat makan hanya dalam waktu 10 menit, orang tersebut tidak akan punya waktu untuk merasa kenyang.

Akibatnya, mereka bisa terus makan.

Baca juga: Ramai soal Mukbang Ditambah Bawang Putih Utuh, Benarkah Bisa Menurunkan Kolesterol?

Makanan dimuntahkan

Ahli diet yang berbasis di Virginia, AS Caroline Thomason memiliki pandangan lain mengenai penyebab kreator konten mukbang tidak gendut.

Dilansir dari Health (4/5/2023), dia menduga orang-orang itu akan memuntahkan makanan yang dikonsumsi di sela-sela pengambilan konten mukbang.

“Menyemburkan makanan termasuk dalam gangguan kesehatan dan merupakan bentuk pembatasan diri,” kata Thomason.

Menurutnya, kreator konten mukbang yang tidak terang-terangan menjelaskan apakah mereka memuntahkan makanan tersebut akan memengaruhi penontonnya.

Orang yang menonton konten tersebut akan memiliki anggapan yang tidak realistis terhadap jumlah porsi makan yang bisa dikonsumsi seseorang.

Selain itu, hal ini juga akan menjadi pengaruh buruk bagi orang dengan gangguan sulit makan.

Baca juga: Cerita Bunga, Gadis Kecil yang Viral dengan Video Mukbang Versi Bahasa Jawa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tren
Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Tren
Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Tren
Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com