Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Negara Maritim, tapi Mengapa Masih Impor Garam?

Kompas.com - 26/09/2023, 08:00 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

Sementara syarat minimal NaCl pada garam untuk kebutuhan industri farmasi dan kosmetik sebesar 99 persen.

"Masalahnya, garam tradisional yang dihasilkan petani tambak garam rata-rata NaCl 80-90 persen," ungkapnya.

Kadar NaCl di garam tersebut bahkan terkadang hanya mencapai 60 persen pada saat musim hujan.

Padahal, menurut Amin, garam yang bisa digunakan sebagai bahan makanan, farmasi, ataupun kosmetik harus memenuhi standar SNI.

Baca juga: Ramai soal Mukbang Garam, Ini Batas Konsumsi Harian dan Bahaya Konsumsi Garam Berlebih

Kondisi perairan Indonesia

Di sisi lain, Amin mengungkapkan, penggunaan garam tidak hanya dilihat dari kadar NaCl yang memenuhi standar. Namun, mineral pengotor garam, seperti kalsium, magnesium, dan sulfat juga harus minimal.

"Banyak (mineral pengotor di air laut Indonesia) sehingga harus diperhatikan juga untuk pemanfaatan garam," terangnya.

Amin menjelaskan, kandungan garam Indonesia rendah NaCl, tapi tinggi mineral pengotor disebabkan kondisi lingkungannya.

Sebagai contoh, keberadaan hujan dapat menurunkan konsentrasi NaCl di air laut. Sementara mineral pengotor garam relatif tinggi karena kondisi perairan Indonesia kaya dengan mineral tersebut.

Baca juga: 16 Manfaat Tersembunyi dari Garam, Bukan Hanya Bumbu Masakan

Bisakah membuat garam Indonesia memenuhi standar?

Amin mengungkapkan, garam dari air laut Indonesia sebenarnya dapat diolah agar sesuai SNI. Pengolahan ini dilakukan melalui invonasi secara fisika, kimia, maupun biologi.

"Industri yang membutuhkan garam biasanya tidak mau melakukan pemurnian garam tradisional hingga NaCl 94-99 persen sebab akan menambah biaya produksi," ungkapnya.

Menurut Amin, Indonesia juga berpeluang memproduksi garam secara mandiri tanpa melakukan impor. Pemerintah perlu mengusahakan hal ini.

"Harus di kawal dengan kebijakan dan insentif pemerintah untuk melindungi garam yang dihasilkan rakyat serta dukungan industri untuk lebih bangga dan mau menggunakan produk garam dalam negeri," tandasnya.

Baca juga: Benarkah Mandi Air Garam Bisa Membuat Tubuh Lebih Rileks? Ini Penjelasan Dokter

Bisakah berhenti impor?

Terpisah, Guru Besar Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) Misri Gozan mengatakan, produksi garam dalam negeri cukup memenuhi keperluan domestik atau rumah tangga.

"Sebenarnya lahan mencukupi, namun sistem produksi garam rakyat sangat bergantung pada cuaca," ujarnya kepada Kompas.com, Senin (25/9/2023).

Misri menyebutkan bahwa kondisi cuaca dapat membuat produksi garam sangat tinggi, bahkan melebihi kebutuhan domestik. Namun, produksi akan berkurang saat cuaca tidak mendukung.

Sementara itu, garam untuk keperluan industri masih sangat bergandung pada impor karena perbedaan standarnya.

"Indonesia hanya mampu memenuhi sekitar 20 persen saja dari kebutuhan industri yang terus meningkat tajam," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Cara Ikut Hari Sejuta Kiblat Kemenag Sore Ini, Ada Hadiah Rp 20 Juta

Cara Ikut Hari Sejuta Kiblat Kemenag Sore Ini, Ada Hadiah Rp 20 Juta

Tren
Perubahan Iklim Disebut Jadi Penyebab Qatar Airways Alami Turbulensi Hebat

Perubahan Iklim Disebut Jadi Penyebab Qatar Airways Alami Turbulensi Hebat

Tren
5 Poin Pidato Megawati di Rakernas PDI-P, Kritik Pemilu dan Peluang Puan Jadi Ketum PDI-P

5 Poin Pidato Megawati di Rakernas PDI-P, Kritik Pemilu dan Peluang Puan Jadi Ketum PDI-P

Tren
Mengaku Tidak Bunuh Vina, Pegi Tetap Terancam Hukuman Mati

Mengaku Tidak Bunuh Vina, Pegi Tetap Terancam Hukuman Mati

Tren
Kronologi Penangkapan DPO Caleg PKS di Aceh Tamiang, Diamankan Saat Belanja Pakaian

Kronologi Penangkapan DPO Caleg PKS di Aceh Tamiang, Diamankan Saat Belanja Pakaian

Tren
Cara Meluruskan Arah Kiblat Saat Matahari di Atas Kabah Hari Ini

Cara Meluruskan Arah Kiblat Saat Matahari di Atas Kabah Hari Ini

Tren
18 Tahun Silam Yogyakarta Diguncang Gempa M 5,9, Ribuan Orang Meninggal Dunia

18 Tahun Silam Yogyakarta Diguncang Gempa M 5,9, Ribuan Orang Meninggal Dunia

Tren
Apa yang Terjadi jika Tidak Membayar Denda Tilang Elektronik?

Apa yang Terjadi jika Tidak Membayar Denda Tilang Elektronik?

Tren
4 Pilihan Ikan Tinggi Seng, Bantu Cegah Infeksi Penyakit

4 Pilihan Ikan Tinggi Seng, Bantu Cegah Infeksi Penyakit

Tren
5 Update Pembunuhan Vina: Pegi Bantah Jadi Pelaku dan Respons Keluarga

5 Update Pembunuhan Vina: Pegi Bantah Jadi Pelaku dan Respons Keluarga

Tren
Batas Usia Pensiun Karyawan Swasta untuk Hitung Uang Pesangon Pensiunan

Batas Usia Pensiun Karyawan Swasta untuk Hitung Uang Pesangon Pensiunan

Tren
Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Apa Saja?

Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Apa Saja?

Tren
Air Rendaman dan Rebusan untuk Menurunkan Berat Badan, Cocok Diminum Saat Cuaca Panas

Air Rendaman dan Rebusan untuk Menurunkan Berat Badan, Cocok Diminum Saat Cuaca Panas

Tren
Prakiraan BMKG: Ini Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 27-28 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Ini Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 27-28 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Taruna TNI Harus Pakai Seragam ke Mal dan Bioskop? | Apa Tugas Densus 88?

[POPULER TREN] Taruna TNI Harus Pakai Seragam ke Mal dan Bioskop? | Apa Tugas Densus 88?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com