Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buruknya Kualitas Udara di Jakarta, Penuaan Dini, dan Risiko Kanker...

Kompas.com - 15/08/2023, 08:15 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kualitas udara di DKI Jakarta yang memburuk pada beberapa hari terakhir mendapat sorotan banyak pihak.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan mengalami batuk hampir empat minggu efek dari kualitas udara yang buruk di daerah Jabodetabek.

"Presiden minta dalam waktu satu minggu ini ada langkah konkret karena Presiden sendiri sudah batuk, katanya sudah hampir 4 minggu beliau belum pernah merasakan seperti ini," ucap Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (14/8/2023).

"Kemungkinan, dokter menyampaikan, ada kontribusi daripada udara yang tidak sehat dan kualitasnya buruk," imbuhnya.

Baca juga: 9 Tanaman Hias Penyerap Polutan Terbaik, Cocok Atasi Polusi Udara

Selain pernapasan, apa dampak dari polusi udara yang memburuk di Jakarta?

Baca juga: Viral Langit Merah di Muaro Jambi, Ada Apa?

Penjelasan dokter

Dokter spesialis kulit dan kelamin RSUD Prof Dr Margono Soekarjo, Ismiralda Oke Putranti mengatakan, udara yang berkualitas jelek atau berpolusi mengandung kotoran dan debu yang dapat melekat pada kulit.

“Jika tidak dibersihkan, dapat menimbulkan berbagai masalah, terutama jerawat dan infeksi,” ucap Ismiralda kepada Kompas.com, Sabtu (12/8/2023).

Jerawat adalah peradangan pada folikel rambut yang disebabkan karena adanya penyumbatan oleh minyak maupun sel kulit mati. 

“Selain itu, debu dan kotoran juga dapat menimbulkan iritasi pada kulit sehingga rentan terkena infeksi,” ungkapnya.

Polusi diketahui juga dapat menyebabkan pembentukan radikal bebas. Itu termasuk polusi udara, air, dan tanah.

“Ketidakseimbangan jumlah radikal bebas dengan antioksidan alami yang ada di dalam tubuh termasuk kulit akan menyebabkan stres oksidatif,” tuturnya.

Baca juga: Gejala Demam, Batuk, dan Pilek Merebak, Warganet Kaitkan dengan Kualitas Udara, Benarkah?

Penuaan dini

Ilustrasi kota dengan kualitas udara buruk.iStockPhoto/sndrk Ilustrasi kota dengan kualitas udara buruk.

Ismiralda menjelaskan, stres oksidatif itulah yang kemudian menimbulkan kerusakan pada semua jaringan dan organ tubuh, termasuk kulit.

“Pada kulit stres oksidatif, akan memicu kerusakan terutama penuaan dini,” jelasnya.

Ia menerangkan, penuaan dini terjadi ketika kulit mengalami penurunan kolagen yang digantikan serabut elastin sehingga kulit tampak menipis dan berkerut.

“Polusi udara juga menyebabkan hiperpigmentasi dan hipopigmentasi,” terangnya.

Baca juga: 8 Kebiasaan Penyebab Penuaan Dini pada Kulit

Hiperpigmentasi merupakan kondisi kulit berwanra lebih gelap. Sedangkan hipopigmentasi adalah ketika kulit mempunyai warna lebih cerah.

Sehingga, kulit pada tubuh seseorang mempunyai warna yang berbeda-beda kecerahannya atau menjadi belang.

Selain itu, polusi udara juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena tumor jinak maupun ganas.

“Pada polusi udara yang paling berbahaya adalah karbonmonoksida yang bersifat karsinogenik atau memicu kanker,” katanya.

Baca juga: 10 Penyakit yang Bisa Disebabkan oleh Polusi Udara, Apa Saja?

Cara mencegah dampak polusi udara pada kulit

Banyak hal yang bisa dilakukan agar tercegah dari dampak negatif dari polusi udara pada kulit. Berikut di antaranya:

  • Pelindung berupa pakaian panjang
  • Rajin membersihkan diri minimal dua kali sehari
  • Konsumsi makanan bergizi
  • Minum air minimal dua liter per hari
  • Istirahat yangcukup
  • Konsumsi vitamin jika perlu.

Baca juga: 9 Tanaman Hias Penyerap Polutan Terbaik, Cocok Atasi Polusi Udara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com