Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Ajakan Tes HIV, Bagaimana Cara, Biaya, serta Berapa Kali Harus Rutin Tes?

Kompas.com - 08/05/2023, 12:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Human immunodeficiency virus atau HIV adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh.

Termasuk infeksi menular seksual (IMS), hubungan seksual bebas tanpa pengaman umumnya menjadi faktor risiko penularan dan penyebaran HIV.

Kondisi ini pun menuai sorotan dari warganet, termasuk pengguna Twitter. Misalnya, warganet ini yang menginformasikan bahwa ada sebuah kelompok berisi 15 orang yang terkena IMS.

"Recor, satu circle alter Twitter isi 15 orang. 9 positif sifilis, 3 HIV+, 1 hep B . Untung stok obat sifilis masih banyak," tulisnya, Sabtu (6/5/2023).

Pengunggah kemudian mengajak kelompok yang aktif secara seksual untuk melakukan tes HIV dan IMS.

"Kalau kalian punya circle terus juga aktif sex apalagi sesama circle jangan lupa ajak tes HIV dan IMS yah. Biar saling jaga," kata dia.

Hingga Senin (8/5/2023) pagi, unggahan ini telah mendapatkan lebih dari 1,7 juta penonton, 7.000 suka, dan 2.400 twit ulang dari pengguna Twitter.

Lantas, bagaimana cara tes HIV?

Baca juga: Viral, Twit soal Ranjang RS Dilapisi Plastik Disebut Diskriminasi Pasien HIV, Ini Kata Dokter


Tes HIV, skrining untuk deteksi dini

Spesialis kulit dan kelamin dari Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, dr Ismiralda Oke Putranti menjelaskan, tes HIV adalah tes skrining yang umumnya ditujukan pada orang berisiko tinggi terinfeksi HIV.

Orang-orang tersebut, antara lain:

  • Pekerja seks komersial (PSK)
  • Orang-orang yang melakukan kontak seksual dengan multipartner, baik monoseksual atau biseksual tanpa menggunakan pengaman
  • Pasangan dari pasien yang menderita infeksi menular seksual
  • Pengguna narkoba yang menggunakan jarum suntik bersamaan.

"80-90 persen pasien dengan IMS terutama gonore, sifilis, dan ulkus mole berisiko tertular HIV juga," ujar dokter yang kerap disapa Oke, kepada Kompas.com, Senin (8/5/2023).

Oke melanjutkan, kelompok orang-orang berisiko tinggi tersebut disarankan untuk melakukan tes skrining HIV sebagai deteksi dini.

Adapun secara umum, tes HIV terbagi menjadi dua macam, yakni Voluntary Counseling and Testing (VCT) dan Provider Initiated Testing and Counseling (PITC).

Menurut Oke, VCT adalah bentuk tes saat pasien secara mandiri dan penuh kesadaran menghendaki skrining.

"(Tujuannya) untuk mengetahui apakah dia tertular atau tidak," kata dia.

Sementara PITC, merupakan layanan tes dan konseling HIV terintegrasi yang ada di sarana kesehatan.

PITC sendiri diinisiasi oleh petugas kesehatan saat pasien datang mencari pelayanan kesehatan.

Oke melanjutkan, biasanya pelaksanaan tes HIV diawali dengan tes cepat atau rapid test.

"Jika terkonfirmasi akan dilanjutkan dengan pemeriksaan lengkap untuk menentukan stadium dan mencari adanya infeksi oportunistik," ungkapnya.

Baca juga: Data Kumulatif Sebut Ratusan Mahasiswa di Bandung Idap HIV, Bagaimana Gejala dan Cara Penularan HIV?

Tes HIV gratis di puskesmas dan rumah sakit

Terpisah, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan, tes HIV amat mudah dan mirip dengan tes Covid-19.

"Tapi kalau Covid-19 dengan swab, HIV dengan diambil darahnya lalu tes," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Minggu.

Menurut Nadia, orang yang positif pada pemeriksaan pertama akan meneruskan pemeriksaan lanjutan tetapi tidak perlu kembali mengambil darah.

Barulah setelah setidaknya dua kali pemeriksaan, yang bersangkutan dapat dipastikan apakah terinfeksi HIV atau tidak.

"(Durasi tes) semuanya maksimal setengah jam selesai," tutur Nadia.

Dia menegaskan, masyarakat tidak perlu khawatir mengeluarkan biaya besar karena tes HIV gratis disediakan oleh pemerintah.

Baca juga: Kasus HIV Anak di Indonesia Tembus 12.553, Waspadai Tanda Gejalanya!

Pelaksanaan tes HIV sendiri dapat dilakukan di fasilitas kesehatan milik pemerintah, baik puskesmas maupun rumah sakit.

"Bahkan puskemas melakukan pemeriksaan mobile terutama untuk populasi kunci," tambahnya.

Adapun populasi kunci yang dimaksud, yakni kelompok berisiko termasuk PSK, waria, gay, transgender, dan pengguna narkotika suntik.

Lebih lanjut Nadia menyampaikan, populasi kunci penularan sebaiknya melakukan tes atau pemeriksaan HIV setiap tiga bulan sekali.

Bukan hanya fokus pada skrining HIV, Kemenkes juga menyediakan layanan pemeriksaan khusus ibu hamil agar tak menularkan kepada bayinya.

"Bahkan ada program ibu hamil harus periksa tes yang dapat menghindarkan penyakit yang dapat menurun dari ibu ke anaknya selama kehamilan," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Blunder Kemendikbud Ristek Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Dinilai Melukai Rakyat

Blunder Kemendikbud Ristek Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Dinilai Melukai Rakyat

Tren
Kisah Godzilla, Monyet Thailand yang Mati akibat Makan 'Junk Food'

Kisah Godzilla, Monyet Thailand yang Mati akibat Makan "Junk Food"

Tren
Link Download Logo dan Tema Hari Kebangkitan Nasional 2024

Link Download Logo dan Tema Hari Kebangkitan Nasional 2024

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: 61 Orang Meninggal, Potensi Bencana Susulan Masih Ada

UPDATE Banjir Sumbar: 61 Orang Meninggal, Potensi Bencana Susulan Masih Ada

Tren
7 Sarapan Sehat untuk Usia 50 Tahun, Diyakini Bikin Panjang Umur

7 Sarapan Sehat untuk Usia 50 Tahun, Diyakini Bikin Panjang Umur

Tren
5 Update Kasus Pembunuhan Vina, Bareskrim Turun Tangan dan Dugaan Kejanggalan BAP

5 Update Kasus Pembunuhan Vina, Bareskrim Turun Tangan dan Dugaan Kejanggalan BAP

Tren
Pelaku Penyelundupan Orang Bermodus Iklan Lowker via TikTok Ditangkap di Surabaya, Ini Kronologinya

Pelaku Penyelundupan Orang Bermodus Iklan Lowker via TikTok Ditangkap di Surabaya, Ini Kronologinya

Tren
Apa yang Akan Terjadi Saat Berjalan Kaki 10.000 Langkah Per Hari Selama Sebulan?

Apa yang Akan Terjadi Saat Berjalan Kaki 10.000 Langkah Per Hari Selama Sebulan?

Tren
3 Manfaat Mengonsumsi Madu dan Teh Hijau, Baik bagi Penderita Diabetes

3 Manfaat Mengonsumsi Madu dan Teh Hijau, Baik bagi Penderita Diabetes

Tren
BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 18-19 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 18-19 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Wilayah Berpotensi Hujan Lebat 17-18 Mei 2024 | Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

[POPULER TREN] Wilayah Berpotensi Hujan Lebat 17-18 Mei 2024 | Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

Tren
Kondisi Geografis Mahakam Ulu, Tetangga IKN yang Dikepung Sungai dan Kini Darurat Banjir

Kondisi Geografis Mahakam Ulu, Tetangga IKN yang Dikepung Sungai dan Kini Darurat Banjir

Tren
Pesona Air Terjun

Pesona Air Terjun

Tren
Update Banjir Mahakam Ulu, Ratusan Orang Masih Mengungsi

Update Banjir Mahakam Ulu, Ratusan Orang Masih Mengungsi

Tren
Ribka Sugiarto Mundur dari Pelatnas, Kekasih Ungkap Alasannya

Ribka Sugiarto Mundur dari Pelatnas, Kekasih Ungkap Alasannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com