Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebakaran Tambang Emas di Peru, 27 Orang Tewas, Jadi Insiden Paling Mematikan dalam Dua Dekade

Kompas.com - 08/05/2023, 10:00 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah tambang emas yang berada di Peru selatan mengalami insiden kebakaran pada Minggu (7/5/2023).

Kebakaran itu tejadi di sebuah terowongan di dalam tambang La Esperanza yang berada di wilayah Arequipa.

Dalam kebakaran tambang emas tersebut setidaknya sudah ada 27 orang yang tewas, dan dua orang berhasil diselamatkan dari kobaran api.

"Telah dikonfirmasi oleh kantor polisi Yanaquihua, bahwa ada 27 orang yang tewas," kata Giovanni, seorang jaksa penuntut umum di daerah tersebut, dikutip dari Reuters, Minggu (7/5/2023).

Baca juga: Kapal Royce Terbakar di Selat Sunda: Kronologi, Proses Evakuasi, Jumlah Penumpang, dan Penyebab Kebakaran


Penyebab kebakaran

Dilansir dari BBC, Minggu (7/5/2023), pemerintah daerah mengatakan, kebakaran diduga karena adanya hubungan arus pendek listrik sehingga memicu api di dalam tambang La Esperanza di wilayah Arequipa tersebut.

Dalam foto dan video yang beredar di media sosial terlihat adanya gumpalan asap gelap yang keluar dari tambang tersebut.

Sekitar 30 petugas pemadam kebakaran ditugaskan menuju tempat kejadian untuk mengamankan tambang emas.

Dalam insiden itu, diperkirakan para penambang yang bekerja masih berada di sekitar 80 hingga 100 meter (330 kaki) di bawah permukaan tanah ketika api mulai menyebar.

Baca juga: Cerita Leli Farisia yang Sempat Panik di Geladak KMP Royce 1: Banyak Kapal Nelayan Menolong, Lantunan Doa di Mana-mana

Pemerintah sampaikan belasungkawa

Dalam sebuah pernyataan, pemerintah daerah setempat mengatakan bahwa kantor polisi terdekat yang berjarak sekitar 90 menit dari lokasi kejadian kurang begitu tanggap dalam menangani kebakaran tambang emas tersebut.

Selain itu, surat kabar Peru La Republica melaporkan, kerabat dari para penambang yang hilang di tambang sempat dilarang untuk datang ke lokasi kejadian.

Sementara itu, perwakilan Dewan Menteri Peru menyampaikan ucapan belasungkawa terkait dengan insiden mematikan dalam sejarah pertambangan di Peru itu melalui tweet-nya di media sosial.

"Kami menyampaikan belasungkawa kepada para kerabat dan orang-orang di Arequipa atas tewasnya 27 penambang akibat insiden kebakaran yang terjadi di Yanaquihua, Condesuyos," katanya, dikutip dari CNN, Senin (8/5/2023).

"Sebagai pemerintah, kami akan memberikan semua dukungan yang diperlukan kepada pemerintah daerah dan Kota Condesuyos atas insiden tersebut," tambahnya.

Baca juga: Bukan Hanya Infrastruktur, Ini Alasan Lain Batalnya Peru Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U17

Insiden pertambangan paling mematikan di Peru

Menurut data dari Kementerian Energi dan Pertambangan Peru, kebakaran tambang emas itu tercatat sebagai kecelakaan pertambangan paling mematikan di negara itu selama lebih dari dua dekade atau sejak tahun 2000.

Tambang emas sendiri dioperasikan oleh Yanaquihua, sebuah perusahaan berskala kecil di Peru.

Peru adalah salah satu produsen emas terbesar di dunia yang telah menambang lebih dari 100 ton emas per tahun atau sekitar 4 persen dari pasokan tahunan di seluruh dunia.

Hingga Minggu (7/5/2023), perusahaan belum berkomentar apapun terkait insiden yang menewaskan 27 orang itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com