Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hery Wibowo
Ketua Program Studi Sosiologi FISIP Universitas Padjadjaran

Pengamat Sosial, praktisi pendidikan dan pelatihan

Akselerasi Pembangunan Sosial dan Pendidikan Anti "Flexing"

Kompas.com - 29/03/2023, 11:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sudah saatnya Indonesia memikirkan akselerasi dalam berbagai hal atau situasi akan memburuk. Akselerasi pada konteks ini juga perlu disertai dengan kreativitas tinggi –mengingat ragam masalah dan tantangan semakin kompleks dan bervariasi. 

Futurolog dunia, Alfin Toffler (1980) dalam bukunya The Third Wave memprediksi, peradaban manusia akan selalu bertransformasi dan berubah melalui gelombang pertanian, gelombang perindustrian, dan gelombang teknologi informasi.

Nomura Institute (2012) dari Jepang menyatakan, kreativitas akan menjadi primadona aktivitas ekonomi mendatang, menggantikan fokus saat ini yaitu teknologi informasi. Maknanya, dibutuhkan kreativitas yang mampu membangun sumber daya manusia, serta mampu memanusiakan manusia. Mengapa? Karena aset terpenting pembangunan adalah manusia.

Peran Pendidikan

Aktivitas pendidikan sejatinya merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat, khususnya pihak pendidik dan orang tua. Amanah ini telah dipaparkan dengan jelas dalam Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pasal 3 UU itu menyebutkan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Terdapat sebuah amanah besar untuk menciptakan generasi penerus yang berilmu, cakap, kreatif dan bertanggung jawab. Tugas yang berat ini, tentunya perlu diemban dengan cara yang baik, kreatif dan penuh ide solutif.

Satu hal yang paling berkaitan tentunya adalah proses belajar mengajar yang diikuti oleh peserta didik. Pertanyaan klasiknya adalah, sudahkan proses belajar mengajar yang selama ini dilakukan mampu memenuhi amanah UU tersebut?

Hal itu tentunya bukan pertanyaan yang mudah dijawab. Namun, keyakinannya adalah setiap ide atau gagasan baru untuk memajukan proses dan aktivitas pendidikan di Indonesia merupakan sesuatu yang berharga.

Mandiri Bersikap dan Berpikir

Setiap peserta didik perlu ingat bahwa setiap individu memiliki kendali terhadap diri dan kehidupannya. Covey dalam The 7 Habits menggunakan istilah lingkar pengaruh untuk menggambarkan kekuatan individu mengendalikan kehidupannya.

Amanah program pendidikan adalah memastikan setiap peserta didik memiliki kemandirian dalam memilih sikap sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dan diyakini. Hal ini terutama disebabkan kegamangan dan ketidakmandirian dalam bersikap akan menghasilkan generasi yang galau, mudah terbawa arus, mudah menyalahkan kepada yang tidak satu pikiran.

Masalahnya, apakah mereka mampu menangkap ‘sikap’ yang diharapkan mereka miliki di negara ini? Sudahkan kita semua mampu memberikan ekosistem yang dipupuk dengan subur, sehingga bibit sikap positif yang diharapkan tersebut dapat tumbuh dengan baik. Atau sebaliknya, generasi muda sulit menumbuhkan sikap positif karena lingkungan terlalu pragmatis dan cenderung mendorong mereka berpikir instan dan cepat cuan?

Proses pembelajaran untuk membangun kemandirian bersikap tidak cukup hanya menggunakan pendekatan klasikal dan klasial. Dituntut personal touch yang lebih tinggi dari pendidik untuk memastikan perkembangan pemikiran, opini dan sikap peserta didik.

Dibutuhkan evaluasi periodik untuk memastikan bahwa peserta didik berkembang ke arah indikator yang diharapkan dan bukan sebaliknya. Beberapa indikator sederhana dapat mulai diciptakan seperti learning report dan acitiviy report.

Prinsipnya, ada upaya lebih untuk berupaya mencatat dan memahami gerak dan dinamika kemandirian bersikap peserta didik. Juga untuk selalu mencatat pergerakan adab dan akhlak, sudahkah menjadi semakin positif dari hari ke hari? Sudahkah semakin terbangun ketaatan beragama dari waktu ke waktu? Serta sudah cukupkah stakeholder yang dilibatkan dalam proses tumbuh kembang anak dan generasi muda?

Ajakan untuk bergabung dalam ragam jenis komunitas setiap hari datang dengan terbuka di jejaring media sosial, mulai dari yang paling positif sampai yang paling negatif. Menghadapi ini, kedewasaan bersikap adalah modal penting untuk tidak terjerumus.

Peserta didik yang sudah memiliki keyakinan penuh terhadap kebenaran yang dipegangnya, tidak akan mudah tergoda untuk mengikuti hal yang bertentangan dengan keyakinannya.

Pada zaman digital ini, manusia memiliki akses yang hampir tidak terbatas terhadap sumber ilmu pengetahuan. Namun, belum banyak yang mampu meningkatkan kemampuan daya pikirnya.  Inisiatif dan kemandirian berpikir kebanyakan peserta didik di Indonesia belum (tidak) serta merta terbangun melalui melimpahnya sumber daya tersebut.

Inilah tantangan selanjutnya, yaitu membangun kemandirian dalam berpikir, yang berarti bahwa peserta didik memiliki daya dorong yang kuat untuk melakukan aktivitas menganalisa serta mengevalusi beragam kondisi dan stimulasi yang dihadapi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com