Jika telinga sudah dalam kondisi seperti itu, menurut dia, sudah tidak bisa kembali ke normal.
Pasalnya, gangguan sensorineural mengenai bagian penangkap gelombang suara atau rumah siput serta sarafnya.
Dokter THT ini menerangkan, intensitas suara 90-91 desibel seperti dalam unggahan maksimal hanya boleh didengar selama dua jam. Itu pun, tergantung dari jarak antara posisi dengan sumber suara.
"Misal dekat sekali dengan sumbernya, akan lebih meningkatkan risiko," tutur Alberta.
Bahkan, jika didengar selama kurun waktu dua jam atau lebih, bukan lagi kehilangan pendengaran sementara, melainkan bisa permanen.
Dia mencontohkan, intensitas suara 85 desibel boleh didengar selama delapan jam, sementara 100 desibel hanya boleh selama 15 menit.
"Kalau terpapar suara petasan atau ledakan jarak dekat, satu detik pun sudah langsung merusak atau menurunkan pendengaran," lanjutnya.
Baca juga: Viral soal Safa Space di Twitter, Mengapa Seseorang Bisa Begitu Fanatik Mengidolakan Orang Lain?
Menurut Alberta, jika seseorang harus berteriak padahal hanya berjarak 1 meter, artinya suara di sekitar sudah cukup bising.
Begitu pula saat mendengarkan musik melalui earphone tetapi tak mendengar orang dengan jarak 1 meter berbicara.
"Kita tidak dengar berarti volumenya sudah terlalu keras. Yang paling nyaman ya suara yang keluar saat kita berbicara," kata dia.
Alberta pun mengimbau, penonton pertunjukan terutama dengan potensi bising untuk menggunakan sumbat telinga atau earplug.
"Dengan sumbat telinga kita masih bisa dengar, namun intensitas suara luar bisa diredam atau dikurangi dengan adanya sumbat telinga tersebut," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.