Hal tersebut, kata Drajat, dapat dilihat dari fenomena lato-lato yang beberapa lalu menjadi tren di masyarakat Indonesia.
"Termasuk juga Citayam Fashion Week, itu 'kan kreativitas yang diperlukan oleh masyarakat untuk kemudian hidupnya memiliki daya hidup yang lebih tinggi," ujarnya.
Baca juga: Twit Viral Lato-lato Disebut Agenda Yahudi, Sosiolog: Terlalu Jauh
Munculnya tren memodifikasi tipp-ex bergaya racing, Drajat menilai fenomena ini perlu diwadahi dan difasilitasi.
Drajat mengatakan, hal itu penting bagi mereka yang mempopulerkan tren ini supaya dapat berkompetisi.
Tren memodifikasi tipp-ex bergaya racing yang difasilitasi dan diwadahi juga membuat daya hidup masyakarat menjadi meningkat.
"Tipp-ex ini bisa dimainkan sendiri, tapi 'kan lebih nyaman kalau dengan orang lain," tutur Drajat.
Di sisi lain, Drajat juga memperkirakan masa depan tren memodifikasi tipp-ex bergaya racing.
Ada kemungkinan tren ini disusupi para pebisnis, tokoh masyarakat, atau pihak tertentu seperti yang terjadi pada Citayam Fashion Week.
Keterlibatan mereka, menurut Drajat, dapat menghilangkan kreativitas masyarakat.
"Ini yang harus dijaga bahwa kreativitas dan inovasi masyarakat untuk kehidupan bersama itu perlu dipertahankan," katanya lagi.
Baca juga: Sejarah Permainan Monopoli, Dibuat untuk Menyindir Tuan Tanah
Saat ditanya soal kemungkinan tren memodifikasi tipp-ex bergaya racing menyaingi popularitas lato-lato, Drajat menilai ada dua hal yang menentukan.
Pertama, popularitas sebuah permainan dapat melejit apabila mudah diakses oleh banyak orang.
Ia mencontohkan kehadiran lato-lato beberapa waktu lalu yang mudah didapatkan oleh banyak orang.