Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: 23 Februari 1923, KH Ahmad Dahlan Meninggal Dunia

Kompas.com - 23/02/2023, 08:15 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Tindakan poligami ini ia lakukan dengan tujuan dakwah, yakni atas permintaan pihak keraton, mendekatkan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, maupun untuk menghasilkan pendakwah penerusnya.

Pernikahan Kiai Haji Ahmad Dahlan dengan empat istrinya dikaruniai delapan orang putra dan putri.

R Dhurie lahir dari Nyai Abdullah, sementara Siti Dandanah anaknya bersama Nyai Aisyah.

Baca juga: Haedar Nashir Teratas, Berikut 13 Nama Anggota PP Muhammadiyah 2022-2027 Terpilih

Kelahiran Muhammadiyah

Dikutip dari Ensiklopedia Nasional KH Ahmad Dahlan Guru Pencerah Bangsa, agama Islam di Jawa mengalami kemunduran pada 1900-an.

Umat Islam saat itu hanya beribadah karena keharusan dan bahkan dicampur dengan kepercayaan animisme menyembah arwah.

Hal ini lalu menggerakkan KH Ahmad Dahlan untuk memurnikan dan melakukan pembaharuan Islam.

Ia memulainya dengan membenarkan arah kiblat. Selain itu, ia juga menjadi guru dan ustad bagi anak-anak di sekitar rumahnya.

Saat muda, Dahlan bercita-cita mendirikan tempat pendidikan yang mampu menciptakan generasi muslim yang cerdas. Ia tidak hanya ingin membuat pesantren agama, melainkan juga pendidikan seperti model Belanda yang sekular.

Baca juga: Cara Daftar Bantuan untuk Pondok Pesantren, LPQ, dan MDT dari Kemenag

Dari keinginan ini, bersama enam anggota Budi Utomo membuat organisasi baru. KH Ahmad Dahlan resmi mendirikan organisasi Muhammadiyah pada 18 November 1912.

Muhammadiyah berasal dari kata Muhammad dan Iyah.

Muhammad berasal dari nama nabi terakhir dalam Islam, yaitu Nabi Muhammad SAW. Iyah diambil untuk merujuk kepada sifat nabi. Organisasi ini memiliki tujuan sebagai gerakan Islam yang meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad SAW.

Bersama Muhammadiyah, Dahlan bersemangat menyebarluaskan Islam tanpa batasan golongan. Ia berkunjung ke rumah anak-anak muslim, baik laki-laki atau perempuan, yang berasal dari golongan rakyat biasa. Dahlan juga mengajarkan cara berorganisasi lewat kepanduan Hizbul Wathan.

Dalam segi agama, Muhammadiyah menciptakan Majelis Tarjih yang bertugas memahami hukum-hukum Islam dari Al Quran dan sunah nabi. Metode ijtihad dilakukan untuk menerjemahkan hukum halal dan haram dalam Islam.

Muhammadiyah juga sempat terlibat dalam politik Indonesia. Organisasi ini pernah bergabung bersama partai politik Masyumi di era 1945-an hingga 1959.

Selama berdakwah, Dahlan tidak selalu diterima dengan baik oleh masyarakat. Banyak orang sering menolaknya bahkan menganggap ia bertindak sesat. Parahnya, langgar yang Dahlan bangun pernah dibakar dan dirobohkan warga yang tidak menyukai ajarannya.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Muktamar Muhammadiyah dan Sejarahnya...

Halaman Berikutnya
Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com