Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Pertama Kali Terjadi, Mengapa Orang Rela Menjadi TNI Gadungan?

Kompas.com - 19/02/2023, 10:04 WIB
Alinda Hardiantoro,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Lantas, mengapa banyak orang rela berpura-pura untuk menjadi TNI untuk mendapatkan keinginannya?

Sosiolog: manfaatkan peluang simbolik

Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartiko mengatakan bahwa fenomena TNI gadungan merupakan bagian dari kejahatan pemalsuan identitas yang sering dilakukan.

"Jadi orang yang menjadi TNI gadungan ini yang pertama dia bisa mengambil peluang simbolik," uajrnya, saat dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu (18/2/2023).

Menurut Drajat, peluang simbolik ini membuat pelaku mendapatkan penghormatan dari masyarakat.

"Dengan dia berpura-pura menjadi polisi gadungan, memakai seragam, dinas, itu dia memanfaatkan modal simbol-simbol polisi untuk mendapatkan penghormatan dari masyarakat," jelas Drajat.

Baca juga: Rekrutmen Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana 2023 Dibuka Hari Ini, Simak Perinciannya!

Peluang simbolik ini juga menjadi alasan mengapa ada pria yang berpura-pura menjadi anggota TNI untuk mendapatkan hati pasangannya.

"Karena perempuannya atau keluarga perempuannya itu merasa hormat kemudian mereka meyakini bahwa ini (TNI gadungan) adalah jodoh yang tepat," kata Drajat.

Apalagi, secara umum, masyarakat memang masih menganggap orang-orang yang menjadi TNI, PNS, hingga polisi memiliki kepastian hidupn yang tinggi, terjamin, dan dihormati masyarakat.

Selain memanfaatkan peluang simbolik, TNI gadungan juga bisa memanfaatkan aspek ekonomi dan keamanan.

Pada aspek ekonomi, TNI gadungan bisa memanfaatkan keuntungan dengan menjalani fungsi palsu dari polisi.

Sementara pada aspek keamanan, TNI gadungan bisa ditakuti dan disegani oleh masyarakat dengan seragam yang pistol palsunya.

Baca juga: Mengenal Meelopen di TNI AL, Tradisi Apa Itu?

Ketidaktahuan masyarakat

Di sisi lain, masyarakat awam yang tidak sepenuhnya dibekali dengan wawasan tentang dunia TNI bisa menjadi sasaran empuk modus ini.

Misalnya, salah satu aturan umum seorang aparat TNI atau polisi yang jika menikah harus disertai izin, tidak semua masyarakat tahu tentang aturan itu.

"Cuma masyarakat kan sering tidak tahu itu. Sepanjang dia ketemu sama laki laki yang punya jabatan, kedudukan, dan secara ekonomi pasti dan terhormat sudah mau aja," tandas Drajat.

Bagian dari kejahatan

Menurut Drajat, aksi TNI gadungan ini perlu dikontrol dengan ketat. Pasalnya, polisi gadungan memainkan peran sebagai goverment social control.

"Goverment social control mereka itu tidak hanya polisi tetapi juga penegak hukum dan bangsa indonesia," ucap Drajat.

Tindak TNI gadungan ini tak hanya merugikan masyarakat tetapi juga merupakan bagian dari kejahatan dalam dimensi hukum yang harus serius ditangani.

Baca juga: Apa Itu Tradisi Hasta Pora di TNI AL dan Bedanya dengan Pedang Pora?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com