Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bukan Pertama Kali Terjadi, Mengapa Orang Rela Menjadi TNI Gadungan?

KOMPAS.com - Fenomena TNI gadungan kembali ramai diperbincangkan masyarakat usai viralnya video wanita yang berpose bersama pria bernama M Saepul D.

Dalam video itu, wanita yang diduga kekasih Saepul itu berpose di studio foto.

Sang kekasih, Saepul tampak mengenakan seragam TNI AU lengkap dengan tanda kepangkatan dan memiliki potongan rambut cepak yang menyerupai anggota TNI.

Diberitakan Kompas.com, Jumat (17/2/2023), Kepala Pusat Penerangan (Kasupen) TNI Laksamana Muda Kisdiyanto memastikan bahwa prajurit TNI AU yang berpose dengan wanita di dalam video viral itu adalah prajurit gadungan.

"Yang bersangkutan adalah prajurit gadungan, saat ini sedang dicari untuk diproses hukum," tandasnya.

Bukan pertama kali terjadi

Sebelumnya, fenomena TNI gadungan juga pernah terjadi.

Dikutip dari Kompas.com (2020), pria bernama Muhammada Saiful Muis (31) juga pernah menjadi prajurit TNI gadungan.

Kepada istri yang dinikahinya secara siri, Muis mengaku bahwa dirinya adalah seorang anggota TNI AU. Mereka bahkan telah menikah selama 7 tahun dan dikaruniai anak.

Anggota Unit Intel Kodim 0710 Pekalongan, Jawa Tengah berhasil menangkap Muis di Kecamatan Pekalongan Timur, Kota Pekalongan.

Saat ditangkap, petugas menyita seragam TNI AU, ID card, hingga pistol mainan.

Kepada petugas, Muis mengaku berpura-pura menjadi TNI agar terlihat terpandang di hadapan istri dan keluarganya.

Tak hanya dilakukan untuk menaklukkan wanita idamannya, oknum tidak bertanggung jawab yang berpura-pura menjadi TNI gadungan juga melakukan tindak kriminal, seperti pencurian.

Catatan Harian Kompas (2019) menyebutkan, oknum TNI gadungan juga pernah membawa kabur sepeda motor.

Modusnya dilakukan melalui media sosial. TNI gadungan itu berpura-pura mencari motor yang hendak dijual, mencobanya, dan membawa kabur motor tersebut.

Saat beraksi, pelaku menggunakan segaram polisi untuk mengelabuhi korbannya.

Lantas, mengapa banyak orang rela berpura-pura untuk menjadi TNI untuk mendapatkan keinginannya?

Sosiolog: manfaatkan peluang simbolik

Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartiko mengatakan bahwa fenomena TNI gadungan merupakan bagian dari kejahatan pemalsuan identitas yang sering dilakukan.

"Jadi orang yang menjadi TNI gadungan ini yang pertama dia bisa mengambil peluang simbolik," uajrnya, saat dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu (18/2/2023).

Menurut Drajat, peluang simbolik ini membuat pelaku mendapatkan penghormatan dari masyarakat.

"Dengan dia berpura-pura menjadi polisi gadungan, memakai seragam, dinas, itu dia memanfaatkan modal simbol-simbol polisi untuk mendapatkan penghormatan dari masyarakat," jelas Drajat.

Peluang simbolik ini juga menjadi alasan mengapa ada pria yang berpura-pura menjadi anggota TNI untuk mendapatkan hati pasangannya.

"Karena perempuannya atau keluarga perempuannya itu merasa hormat kemudian mereka meyakini bahwa ini (TNI gadungan) adalah jodoh yang tepat," kata Drajat.

Apalagi, secara umum, masyarakat memang masih menganggap orang-orang yang menjadi TNI, PNS, hingga polisi memiliki kepastian hidupn yang tinggi, terjamin, dan dihormati masyarakat.

Selain memanfaatkan peluang simbolik, TNI gadungan juga bisa memanfaatkan aspek ekonomi dan keamanan.

Pada aspek ekonomi, TNI gadungan bisa memanfaatkan keuntungan dengan menjalani fungsi palsu dari polisi.

Sementara pada aspek keamanan, TNI gadungan bisa ditakuti dan disegani oleh masyarakat dengan seragam yang pistol palsunya.

Ketidaktahuan masyarakat

Di sisi lain, masyarakat awam yang tidak sepenuhnya dibekali dengan wawasan tentang dunia TNI bisa menjadi sasaran empuk modus ini.

Misalnya, salah satu aturan umum seorang aparat TNI atau polisi yang jika menikah harus disertai izin, tidak semua masyarakat tahu tentang aturan itu.

"Cuma masyarakat kan sering tidak tahu itu. Sepanjang dia ketemu sama laki laki yang punya jabatan, kedudukan, dan secara ekonomi pasti dan terhormat sudah mau aja," tandas Drajat.

Bagian dari kejahatan

Menurut Drajat, aksi TNI gadungan ini perlu dikontrol dengan ketat. Pasalnya, polisi gadungan memainkan peran sebagai goverment social control.

"Goverment social control mereka itu tidak hanya polisi tetapi juga penegak hukum dan bangsa indonesia," ucap Drajat.

Tindak TNI gadungan ini tak hanya merugikan masyarakat tetapi juga merupakan bagian dari kejahatan dalam dimensi hukum yang harus serius ditangani.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/02/19/100400065/bukan-pertama-kali-terjadi-mengapa-orang-rela-menjadi-tni-gadungan-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke