Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
AM Lilik Agung
Trainer bisnis

Mitra Pengelola GALERIHC, lembaga pengembangan SDM. Beralamat di lilik@galerihc.com.

Jokowi, Hammer, dan Pull & Bear

Kompas.com - 07/01/2023, 11:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Mirip dengan generasi 80-90-an saat dia memakai, katakanlah Triset atau Tira, dia menjadi bagian kaum menengah-elite, maka generasi sekarang yang dipelosok jika berkaos Cotton On dan bercelana Giordano, ia merasa menjadi bagian komunitas global.

Mengapa jenama lokal masih bertahan

Pertanyaannya, mengapa merek-merek lokal yang sudah berusia puluhan tahun tersebut sampai hari ini tetap bisa bertahan dari serbuan merek global?

Ada dua alasan. Pertama, nostalgia. Presiden Jokowi dan para menteri ketika berjalan-jalan di sebuah mal di Pekanbaru dan masuk ke gerai Hammer dan bersama-sama membeli produk Hammer kemudian dipakai, unsur nostalgianya begitu kentara.

Benar bahwa Jokowi dan Erick Thohir -salah satu menteri yang menyertai Jokowi- getol mempopulerkan produk-produk lokal. Dalam setiap kunjungan ke daerah, bisa dipastikan Jokowi akan membeli dan memakai produk lokal daerah bersangkutan.

Namun untuk kasus Hammer, bau menyengat nostalgia menyertai. Jokowi pada zamannya mampu membeli merek-merek tersebut. Hari ini, Jokowi dan generasi menengah 80-90-an bernostalgia kembali pada masa mudanya nan ceria.

Kedua, "balas dendam". Ini berlaku untuk orang-orang seperti saya yang pada zaman itu tidak mampu membeli kaos H&R dan celana Watchout. Kami yang pada waktu itu pengikut aliran kebatinan -memakai merek kelas menengah sekedar dalam batin- hari ini mampu membeli.

Kebetulan pula merek-merek tersebut masih eksis. Hari ini kami balas dendam membeli fashion merek lokal tersebut.

Saya belum punya data hari ini siapa pemakai merek-merek lokal yang berjaya di era 80-90-an. Namun cobalah amati orang-orang disekitar Anda. Para pemakai merek-merek lokal ini mayoritas berumur di atas 40 tahun. Bahkan banyak yang sudah rambutnya putih dan dahinya berkerut, mirip calon Presiden Indonesia 2024 seperti dikatakan Jokowi.

Sementara fashion dengan merek-merek global mayoritas dipakai generasi masa kini.

Bagaimana caranya agar pakaian bermerek lokal ini menjadi tuan rumah kembali? Mengoptimalkan momentum, jawabannya. Kebetulan pula Jokowi dan Erick Thohir memiliki hobi mengampanyekan produk lokal.

Menarik belajar dari kasus Bipang Ambawang. Alkisah, Jokowi ”tidak sadar” mengeja Bipang Ambawang sebagai salah satu oleh-oleh lokal.

Di Pontianak, kedai Bipang Ambawang tak lebih dari kedai kuliner yang hanya didatangi satu-dua konsumen. Di sinilah kejelian pengelola Bipang Ambawang memanfaatkan momentum.

Oleh-oleh khas Pontianak diamplifikasi gede-gedean oleh pengelola. Bahkan warganet ikut segendang-sepenarian dengan pengelola Bipang Ambawang. Dalam waktu sekejap, kedai Bipang Ambawang diserbu konsumen.

Sukses besar di Pontianak, pengelola Bipang Ambawang membuka cabang di Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta. Kalau ini tagline-nya bukan sekedar oleh-oleh khas Pontianak, namun diperlebar ”Kuliner khas Kalimantan Barat.”

Baca juga: Tak Cuma Bipang Ambawang, 5 Kuliner Kalimantan Barat yang Wajib Dicoba

Bipang Ambawang menjadi duta Kalimantan Barat. Hasilnya? Ciamik. Setiap hari libur, kedai Bipang Ambawang di PIK mampu menjual lima puluh hingga enam puluh ekor babi panggang.

Kekuatan momentum ini yang harus di eksplorasi dan eksploitasi seluas-luasnya oleh pengelola Hammer dan pemilik merek lokal lainnya. Jokowi ”salah ucap” saja tentang Bipang Ambawang mampu mendongkrak setinggi-tingginya produk bersangkutan. Apalagi Jokowi sudah memakai sweater Hammer dan mengabarkan kepada khalayak melalui media arus utama dan sosial.

Baca juga: Produknya Dipakai Jokowi dan Menteri, Siapa Pemilik Brand Hammer?

Saatnya Hammer dan merek pakaian lokal dipakai tidak saja dipakai oleh generasi saya, namun generasi digital yang hari ini getol mengenakan Pull&Bear dan jenama global lainnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com