Sementara itu, Astrid menambahkan, anak yang menjadi korban kekerasan emosional biasanya merasa cemas dan muncul tingkah laku ketakutan.
Ia pun mengimbau kepada orangtua untuk menyadari perilaku ini dan segera mengembalikan situasi yang aman bagi anak.
"Kita harus mengembalikan situasi yang aman lagi dengan orang-orang dewasa di sekitar dia yang biasa memberikan rasa aman, misal orangtua, kakek-nenek, tetangga, dan lainnya," ujar Astrid.
Selain itu, orangtua juga bisa memberikan rasa aman dengan memvalidasi rasa emosi anak atau mencoba mengerti rasa takut yang dirasakan anak.
Misalnya, dengan memberikan jeda waktu 2 hari setelah kejadian, menemani anak, dan perlahan-lahan mengembalikan kondisi anak seperti kondisi semua.
"Jadi, kembali diingatkan bahwa ini lingkungan yang aman, sudah benar sekali kamu lari, kamu pasti rasanya enggak enak, kamu jadi ketakutan," ujar Astrid.
"Ada validasi seperti itu, dan orang luar perlu menerima, dan untuk sementara waktu anak akan mengalami goncangan emosi seperti itu, dan orangtua perlu menerima," lanjut dia.
Namun, orangtua sebaiknya tidak melakukan tindakan yang menyalahi sikap anak ketika ketakutan.
Astrid menjelaskan, menyalahi tindakan anak yang ketakutan justru akan mengecilkan anak, dan anak menjadi tidak pulih dari ancaman rasa takut tersebut.
Kemudian, hal lain yang sebaiknya tidak dilakukan oleh orangtua yakni menjadi over-protectif atau melarang anak pergi ke beberapa tempat yang sebetulnya dia bisa eksplorasi.
"Jangan menjadi over-protectif, jadi enggak memberdayakan anak, jadi kita ikutan takut terus, akhirnya tidak menjadi membesarkan kemandirian anak dan justru mengecilkan tempat eskplorasi anak," ucap Astrid.
Selain itu, Astrid berpesan, orangtua sangat diperbolehkan untuk mencari pelaku kekerasa emosional pada anak dan memberi peringatan.
Orangtua bisa menjelaskan kepada pelaku bahwa yang dilakukannya membuat anaknya ketakutan dan bukan merupakan bahan candaan, mengancam anak itu adalah hal serius.
"Jadi orang dewasa boleh mengajarkan orang dewasa lain, karena kita kan lagi buat lingkungan yang aman," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.