Inge menambahkan, segala sesuatu yang disebabkan karena kurang tidur bisa mengganggu metabolisme tubuh.
Selain itu, orang yang begadang atau insomnia cenderung akan mencari makanan instan seperi mi instan, martabak, atau gorengan agar bisa kenyang dan tertidur.
Dikutip dari WebMD, (30/4/2013), Direktur Klinis Divisi Tidur untuk Rowhead Health di Glendale, Arizona, Michael Breus mengatakan kurang tidur mempengaruhi kemampuan untuk menurunkan berat badan sangat berkaitan dengan hormon malam.
Dua hormon yang menjadi kunci dalam proses ini adalah ghrelin dan leptin.
"Ghrelin adalah hormon 'pergi' yang memberi tahu Anda kapan harus makan, dan ketika Anda kurang tidur, Anda memiliki lebih banyak ghrelin," kata Breus.
"Leptin adalah hormon yang memberitahu Anda untuk berhenti makan, dan ketika Anda kurang tidur, Anda memiliki lebih sedikit leptin," sambungnya.
Lebih banyak ghrelin ditambah lebih sedikit leptin sama dengan penambahan berat badan.
"Anda makan lebih banyak, ditambah metabolisme Anda lebih lambat ketika Anda kurang tidur," kata Breus.
Inge menyampaikan, apabila ingin menurunkan berat badan namun mengalami kesulitan tidur, bisa dengan menerapkan pola hidup sehat.
Sederhananya, mulai dengan berolahraga secara rutin.
"Kalau orang yang jarang olahraga pasti insomnia dan enggak bisa tidur, itu otaknya berpikir terus tapi badannya enggak capek," ujar Inge.
"Mana bisa dia beristirahat dengan baik," imbuhnya.
Selain itu, jika seseorang sedang menjalani defisit kalori seperti yang dilakukan pengunggah twit tadi, Inge menganjurkan untuk membuat porsi yang kenyang pada saat jam makan malam saja, bukan pada saat makan tengah malam.
Defisit kalori adalah kondisi yang harus dilakukan sepanjang hari, jika menargetkan berat badannya turun.
Untuk porsi pagi atau sarapan, bisa dilakukan dengan mengonsumsi kalori yang cukup baik, begitu juga untuk makan siang.
Sementara untuk makan malam porsinya dibuat cukup kenyang. Hal ini untuk menghindari adanya "makanan tambahan" pada tengah malam.