Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

28 Tahun Tsunami Banyuwangi, 215 Jiwa Meninggal Dunia

Kompas.com - 02/06/2022, 18:05 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

Kadir bersama temannya kemudian mendekat ke pantai untuk melakukan penyisiran. Tepat saat dia menyorot senter ke arah laut, ia melihat gelombang besar dari kejauhan.

"Kami lari sekencangnya menjauhi pantai. Saat itu, saya diterjang gelombang setinggi dada. Saya selamat dan pergi ke masjid untuk melihat warga yang mengungsi," tutur dia.

Di tengah kegelapan malam, semua warga selamat berkumpul di masjid. Tak sedikit yang kebingungan mencari keluarganya dan menerka-nerka bencana apa yang tengah menerjang desa.

"Saat itu tahunya ya banjir segoro (laut). Belum tahu ada istilah tsunami. Semua panik, malam sampai pagi, yang selamat cari keluarganya ke sana ke mari," kata Kadir.

Kadir pun memutuskan penyisiran dilakukan saat hari mulai terang, lantaran takut ada gelombang susulan.

Pasalnya, menurut laporan warga, gelombang tinggi yang menerjang pantai tak hanya sekali. Namun, berulang kali dengan ketinggian berbeda-beda.

Baca juga: Unesco Tetapkan Tanjung Benoa Jadi Komunitas Siaga Tsunami

Penyebab tsunami

Dilansir dari Kompas.com, Kepala Sub Bidang Analisa Geofisika pada kantor BMG, Taufik Rivai Dea menuturkan, tsunami bisa terjadi akibat subduksi pada patahan normal di lautan.

Yakni, anjloknya tepi lempeng yang satu lebih rendah dari tepi lainnya yang berada di bawah daratan.

Penurunan permukaan itu menyebabkan permukaan air laut menurun karena sebagian mengisi permukaan yang anjlok.

Namun, air tersebut kemudian berbalik menuju daratan bersama dengan gelombang laut di belakangnya. Inilah yang menyebabkan gelombang pasang lebih tinggi dari biasanya.

Taufik menguraikan, di selatan Pulau Jawa terdapat pertemuan lempeng antara lempeng India-Australia dan lempeng Eurasia atau Eropa-Asia.

Pertemuan keduanya, terbentang menyusuri perairan di selatan Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, kemudian berbelok ke Kepulauan Maluku.

"Lempeng India-Australia bergerak lebih aktif ke utara mendesak lempeng Eurasia," jelas Taufik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com