Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapan Pendidikan Seks pada Anak Bisa Diberikan?

Kompas.com - 31/03/2022, 08:30 WIB
Alinda Hardiantoro,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Video pembelajaran tentang Kaum Sodom yang disampaikan Ribut Santoso, seorang guru Sekolah Dasa (SD) di Lumajang baru-baru ini viral di media sosial.

Video tersebut memperlihatkan Ribut yang sedang menjelaskan materi pelajaran Agama tentang umat Nabi Luth, yakni Kaum Sodom, kepada beberapa siswanya.

Guru di SDN Pagowan 1, Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang ini memang kerap membagikan konten mengajarnya di sosial media TikTok.

Baca juga: Viral, Video Penumpang Pesawat Keluhkan Proses Bagasi Berjam-jam, Ini Penjelasan Lion Air

@r_dancermanagement @R_DancerManagement#JagaUjianPTSPenilaianTengahSemesterkls2#vidioviraltiktok#viral2022#vidio_viral#fypage#fyp??vi#fyp#BAGIHOKI ? suara asli - R_DancerManagement

Baca juga: Dampak Video Porno untuk Anak di Bawah Umur

Kendati demikian, sejumlah warganet mengkritik video Ribut Santoso lantaran dianggap mengangkat topik seksual yang vulgar kepada anak-anak.

Sebaliknya, ada pula yang mendukung video Ribut karena sudah berusaha mengenalkan pendidikan seks sejak dini.

Pro dan kontra ini menimbulkan pertanyaan mengenai waktu yang tepat untuk mengajarkan pendidikan seks kepada anak-anak.

Baca juga: Penjelasan PT KAI soal Video Viral Penumpang Merokok di Toilet Kereta

Lantas, kapan pendidikan seks bisa diberikan kepada anak-anak?

Penjelasan psikolog anak

Psikolog dari Unika Soegijapranata Semarang Christin Wibhowo menjelaskan, pendidikan seks bisa diberikan kepada anak-anak sejak dini.

Kendati demikian, materi yang disampaikan harus disesuaikan dengan tingkatan usia anak.

Pendidikan seks itu sudah bisa dimulai sejak 3 tahun,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (26/3/2022).

“Pendidikan seks itu kan tidak selalu hubungan pastri. Tetapi bagaimana si anak itu menjaga dan merawat tubuhnya,” lanjut dia.

Baca juga: Viral, Unggahan Balasan Ngegas Admin Twitter Commuterline soal Dugaan Pelecehan Seksual di KRL

Bahkan, praktisi dan pemerhati perkembangan anak Nyi Mas Diane merekomendasikan agar orang tua mengajarkan pendidikan seks kepada anak sejak usia 0 sampai 10 tahun,

"Pendidikan seksual pada usia 0-2 tahun ini sebatas mengenal dia laki-laki atau dia perempuan, tentu dari karakteristik dan pakaian anak dapat mengenal gender," tuturnya, dikutip dari Kompas.com, Kamis (24/3/2021).

Sebagai contoh, pendidikan seks yang bisa diberikan kepada anak-anak berusia 3 tahun adalah kebiasaan ke toilet.

Baca juga: Mengapa Orang Suka Merekam Aktivitas Seksual Pribadinya?

Pendidikan seksual pada anak

Meskipun masih dibantu oleh orang dewasa, kebiasaan ini perlu untuk diterapkan agar anak-anak memiliki kesadaran dan kemandirian untuk merawat dirinya sendiri.

“Jangan sampai kalau ke toilet harus dibantu orang lain. Nanti kesentuh bagian yang sensitif, nanti malah anak jadi tidak nyaman atau bahkan nyaman banget sehingga ketagihan,” jelas Christin.

Pendidikan seksual pada anak juga bisa diberikan dengan mengenalkan jenis sentuhan.

Anak-anak harus memahami bahwa terdapat beberapa bagian tubuh yang tidak boleh disentuh oleh orang asing.

“Anak-anak harus diajarkan bahwa bagian tubuh yang tertutup baju dalam tidak boleh dipegang atau difoto atau disentuh oleh siapa pun kecuali kalau ada ibu,” tuturnya.

Baca juga: Ramai soal Dugaan Pelecehan Seksual Pegawai Komisi Penyiaran, Ini Tanggapan KPI

Untuk mengenalkan anak-anak kepada siapa saja yang boleh dan tidak boleh menyentuh tubuhnya, orang tua bisa melakukannya dengan bantuan pohon keluarga.

Melalui pohon keluarga ini, anak-anak bisa mengenali mana saja orang terdekatnya dan bukan.

Dengan demikian, mereka bisa belajar untuk melindungi diri dari tindakan penyimpangan yang dilakukan oleh orang asing.

Baca juga: Mengalami Pelecehan Seksual, Apa yang Harus Dilakukan?

Materi pendidikan seks juga sebaiknya ditambah seiring bertumbuhnya usia anak-anak. Tujuannya, untuk membekali pergaulan mereka dengan lingkungannya.

Apalagi dengan adanya perkembangan media sosial yang tidak bisa dielakkan.

Anak-anak harus diajarkan mengenai penyimpangan seksual yang mungkin terjadi di media sosial.

Baca juga: Marak soal Kasus Penyimpangan Seksual, Bagaimana Cara Menghadapinya?

Pendidikan seks di SD

Kendati harus diperkenalkan kepada anak-anak, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lumajang Agus Salim mengatakan bahwa materi mengenai pendidikan seks belum ada di kurikulum Kemendikbud.

"Sejauh ini belum ada, kalau bahaya narkoba ada di salah satu pelajaran, tapi kalau nanti ada kurikulum dari pusat kita akan mengkaji lagi lebih dalam," ujarnya, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (26/3/2022).

Adapun terkait dengan video Ribut yang viral di sosial media, Agus mengatakan bahwa materi yang disampaikan sudah benar.

Agus juga memberikan apresiasi kepada Ribut atas metode pengajaran yang dilakukannya. Pasalnya, metode pengajaran yang dilakukan Ribut dinilai baik dan dekat dengan siswa.

"Pak Ribut itu bagus loh, dia metodenya bagus. Dia juga sangat dekat dengan muridnya dan memang gayanya seperti itu tidak dibuat-buat. Jadi disenangi siswanya," pungkasnya.

Baca juga: Cegah Anak dari Pelecehan Seksual, Bagaimana Mengedukasinya?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Baiq Nuril, Kriminalisasi Korban Pelecehan Seksual

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC)? Berikut Tugas dan Wewenangnya

Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC)? Berikut Tugas dan Wewenangnya

Tren
ICC Ajukan Surat Penangkapan Pimpinan Israel dan Hamas, Peluang Netanyahu Ditahan?

ICC Ajukan Surat Penangkapan Pimpinan Israel dan Hamas, Peluang Netanyahu Ditahan?

Tren
Ali Bagheri, Diplomat Ulung dan Pengkritik Keras Barat yang Kini Menjabat sebagai Menlu Iran

Ali Bagheri, Diplomat Ulung dan Pengkritik Keras Barat yang Kini Menjabat sebagai Menlu Iran

Tren
Cerita di Balik Jasa 'Santo Suruh' yang Mau Disuruh Apa Saja, dari Jemput Anak Main juga Kubur Ari-ari

Cerita di Balik Jasa "Santo Suruh" yang Mau Disuruh Apa Saja, dari Jemput Anak Main juga Kubur Ari-ari

Tren
Suhu Udara Capai 50 Derajat Celsius, Ini Imbauan bagi Jemaah Haji yang Tiba di Makkah

Suhu Udara Capai 50 Derajat Celsius, Ini Imbauan bagi Jemaah Haji yang Tiba di Makkah

Tren
Kemendikbud Rekomendasikan 177 Karya Sastra di Sekolah, Ada 'Bumi Manusia'

Kemendikbud Rekomendasikan 177 Karya Sastra di Sekolah, Ada "Bumi Manusia"

Tren
Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan 22 Mei 2024, Klik rekrutmenbersama2024.fhcibumn.id

Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan 22 Mei 2024, Klik rekrutmenbersama2024.fhcibumn.id

Tren
UKT Semakin Mahal dan Janji Prabowo Gratiskan Biaya Kuliah di Kampus Negeri

UKT Semakin Mahal dan Janji Prabowo Gratiskan Biaya Kuliah di Kampus Negeri

Tren
Jarang Diketahui, Ini 5 Manfaat Minum Madu Campur Lemon

Jarang Diketahui, Ini 5 Manfaat Minum Madu Campur Lemon

Tren
Catat, Ini 4 Suplemen yang Bisa Sebabkan Kepala Pusing

Catat, Ini 4 Suplemen yang Bisa Sebabkan Kepala Pusing

Tren
Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Tren
Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Tren
Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang 'Jaka Sembung'

Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang "Jaka Sembung"

Tren
Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Tren
Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com