Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Cantelan Sembako, Simbol Solidaritas Masyarakat Indonesia di Tengah Pandemi

Kompas.com - 19/07/2021, 14:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SERANGAN keganasan wabah Covid-19 seperttinya masih akan terus terjadi. Kecenderungan angka kematian dan penderita positif covid masih terus meninggi dari hari ke hari.

Tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit juga masih di angka maksimal. Beberapa fasilitas kesehatan di beberapa daerah sudah tidak mampu menerima pasien. Kelangkaan oksigen juga masih kerap terjadi.

Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat memang mampu mengurangi tingkat mobilitas di masyarakat.

Betapa tidak, penyekatan jalan-jalan di sepanjang koridor jalan tol Trans Jawa, mampu meredam laju kepadatan lalu lintas hingga di angka 30 persen.

Menurut data Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) rata-rata penurunan volume lalu lintas harian di bulan Juli 2021 mencapai 30 sampai 40 persen di banding bulan Juni 2021 sebelum PPKM Darurat diberlakukan.

Bahkan ada ruas tol yang mengalami penurunan volume lalu lintas harian hingga 70 persen. Belum lagi di jalur Pantura hingga lintas tengah dan selatan Jawa, kemudian jalur penyeberangan Jawa – Bali serta Jawa – Sumatera.

Jika ingin diakumulasikan dengan jaringan jalan di Sulawesi, Kalimantan dan lain-lain, tentu PPKM benar-benar “melumpuhkan” sendi-sendi kehidupan semua lapisan masyarakat.

Sejak wabah Covid melanda tanah air di bulan Maret 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada penambahan 2,7 juta warga miskin.

Menurut BPS, kategori warga miskin dihitung dari tingkat pengeluaran di bawah Rp 460 ribu setiap orangnya dalam satu bulan atau Rp 2,2 juta rupiah setiap bulannya untuk satu keluarga.

Jika mau dikumulasikan dengan angka kemiskinan yang sudah ada sebelum terjangan wabah Covid, maka angka ini pasti jauh lebih besar.

Pandemi Covid tidak saja menurunkan pendapatan kelompok menengah di sektor swasta tetapi juga meluluhlantakkan penyangga kehidupan kelompok masyarakat bawah yang mengandalkan pekerjaan di “jalanan”.

Kelompok pekerja kantoran saja sudah harus menanggung pemotongan gaji bulanan, bagaimana pula dengan sektor pekerjaan yang mengandalkan transportasi jalanan.

Di luar pengemudi transportasi umum dan logistik, pertumbuhan pengemudi online di dua tahun ini mengalami pertumbuhan yang signifikan sejak perubahan tren belanja via daring.

Walau semua operator online tidak memberikan data yang pasti, Persatuan Pengemudi Online Garda Nasional mencatat angka 4,5 juta pengemudi yang menggantungkan hidupnya kepada jasa layanan ini di tahun ini.

Pekerjaan sebagai pengemudi online juga menjadi solusi cepat di saat saatnya sulitnya mencari pekerjaan formal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tren
Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Tren
Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Tren
Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com