Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cantelan Sembako, Simbol Solidaritas Masyarakat Indonesia di Tengah Pandemi

SERANGAN keganasan wabah Covid-19 seperttinya masih akan terus terjadi. Kecenderungan angka kematian dan penderita positif covid masih terus meninggi dari hari ke hari.

Tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit juga masih di angka maksimal. Beberapa fasilitas kesehatan di beberapa daerah sudah tidak mampu menerima pasien. Kelangkaan oksigen juga masih kerap terjadi.

Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat memang mampu mengurangi tingkat mobilitas di masyarakat.

Betapa tidak, penyekatan jalan-jalan di sepanjang koridor jalan tol Trans Jawa, mampu meredam laju kepadatan lalu lintas hingga di angka 30 persen.

Menurut data Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) rata-rata penurunan volume lalu lintas harian di bulan Juli 2021 mencapai 30 sampai 40 persen di banding bulan Juni 2021 sebelum PPKM Darurat diberlakukan.

Bahkan ada ruas tol yang mengalami penurunan volume lalu lintas harian hingga 70 persen. Belum lagi di jalur Pantura hingga lintas tengah dan selatan Jawa, kemudian jalur penyeberangan Jawa – Bali serta Jawa – Sumatera.

Jika ingin diakumulasikan dengan jaringan jalan di Sulawesi, Kalimantan dan lain-lain, tentu PPKM benar-benar “melumpuhkan” sendi-sendi kehidupan semua lapisan masyarakat.

Sejak wabah Covid melanda tanah air di bulan Maret 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada penambahan 2,7 juta warga miskin.

Menurut BPS, kategori warga miskin dihitung dari tingkat pengeluaran di bawah Rp 460 ribu setiap orangnya dalam satu bulan atau Rp 2,2 juta rupiah setiap bulannya untuk satu keluarga.

Jika mau dikumulasikan dengan angka kemiskinan yang sudah ada sebelum terjangan wabah Covid, maka angka ini pasti jauh lebih besar.

Pandemi Covid tidak saja menurunkan pendapatan kelompok menengah di sektor swasta tetapi juga meluluhlantakkan penyangga kehidupan kelompok masyarakat bawah yang mengandalkan pekerjaan di “jalanan”.

Kelompok pekerja kantoran saja sudah harus menanggung pemotongan gaji bulanan, bagaimana pula dengan sektor pekerjaan yang mengandalkan transportasi jalanan.

Di luar pengemudi transportasi umum dan logistik, pertumbuhan pengemudi online di dua tahun ini mengalami pertumbuhan yang signifikan sejak perubahan tren belanja via daring.

Walau semua operator online tidak memberikan data yang pasti, Persatuan Pengemudi Online Garda Nasional mencatat angka 4,5 juta pengemudi yang menggantungkan hidupnya kepada jasa layanan ini di tahun ini.

Pekerjaan sebagai pengemudi online juga menjadi solusi cepat di saat saatnya sulitnya mencari pekerjaan formal.

Beberapa sahabat penulis beralih menjadi pengemudi online begitu mendapat keputusan PHK dari kantor. Tidak perlu persyaratan yang rumit, cukup mempunyai kendaraan, memiliki KTP dan tempat tinggal.

Di luar pekerjaan yang terkategori kritikal dan esensial, pandemi Covid juga merenggut nasib pekerja di sektor retail dan temporer.

Sudah banyak perusahaan skala menengah – apalagi kecil – yang memilih tutup operasional karena semakin merosotnya pendapatan sementara biaya operasional semakin besar.

Dari data Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo), di tahun 2020 saja sudah ada 30 juta UMKM yang memilih tutup usaha.

Padahal sektor UMKM sangat besar serapan tenaga kerja di saat minimnya pembukaan lapangan kerja dan tingginya angkatan kerja baru.

Bendera putih di Malaysia, cantelan sembako di Indonesia

Pandemi Covid yang terjadi di semua negara, melahirkan sikap solidaritas dan kolaborasi antar negara.

Skema GAVI-COVAX berupa hibah vaksin dari negara sahabat sangat besar manfaatnya untuk mempercepat upaya vaksinasi di tanah air.

Saat India dilanda Covid gelombang kedua, pemerintah Indonesia membantu peralatan medis dan oksigen ke India.

Demikian juga saat Indonesia dilanda amukan gelombang kedua, China, Singapore, AS, Uni Emirat Arab, Australia dan negara-negara lain juga ikut bahu membahu membantu Indonesia.

Di skala perorangan dan tingkat komunal, sejak awal pandemi telah timbul rasa kemanusiaan untuk membantu warga lain yang terdampak Covid.

Tanpa mendapat arahan dan instruksi dari pejabat, warga dengan caranya sendiri membantu dengan sporadis walau yang membantu sendiri juga mengalami kesulitan.

Jika rumah tangga di Malaysia mengibarkan bendera putih sebagai pertanda sangat membutuhkan pertolongan dari warga yang lain, masyarakat kita begitu peduli tanpa perlu ada lambaian bendera.

Gerakan sosial warga di Kediri, Jawa Timur, misalnya yang menempatkan tas plastik kresek berisikan sayur, telur, singkong, beras, mie instan di pagar depan rumah sebetulnya juga dilakukan di banyak daerah lainnya.

Mereka mendermakan rezeki dan berbagi ke sesama tanpa memandang latar belakang siapa yang mengambilnya. Cukup dengan tulisan yang terpampang di pagar: ambil seperlunya.

Gerakan cantelan sembako ini merupakan cara ala Indonesia yang mengadaptasi dari budaya masyarakat Jawa yang menyediakan air kendi di depan rumah di zaman dulu. Siapa saja yang sedang dahaga, silakan minum air dalam kendi tanah yang tersedia di pagar rumah.

Di Jakarta sendiri, Mantan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan begitu rutin berbagai tas kresek sembako dan sayuran bagi warga yang melintas di depan rumahnya. Hobi menanam sayuran hidroponiknnya dimanfaatkan untuk aksi sosialnya yang terpuji.

Jika gerakan ini massif dilakukan, ketidakmerataan dan masih sedikitnya bantuan sosial dari pemerintah bisa sedikit tertanggulangi dari bantuan warga.

Kosep “Jogo Tonggo” yang dikembangkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga efektif menggugah kepedulian sesama warga di masa pandemi di level rukun wilayah.

Di tengah semakin terkikisnya kegotongroyongan warga karena kemajuan zaman, ternyata warga masih bisa diketuk rasa kepeduliannya dengan saling memperhatikan warga yang lain.

Pengamatan penulis selama penelitian di Kendal, Jawa Tengah, konsep Jogo Tonggo ini efektif untuk meredam dampak penyebaran Covid dalam skala komunitas.

Masyarakat kita masih mempunyai rasa malu dan tidak ingin mengemis, sehingga konsep “pengibaran bendera putih” tidak mungkin dikibarkan di depan rumah.

Justru dengan cara “cantelan sembako” yang ditaruh di pagar rumah, warga yang membutuhkan bisa mengambil dan menumbuhkembangkan kejujurannya dengan memungut sesuai kebutuhannya.

Di masa pandemi Covid ini, semua lapisan masyarakat mengalami dampak yang berbeda-beda. Namun, rasa solidaritas sosial seperti yang ada dalam adat istiadat dan budaya kita bisa dibangkitkan dengan beragam cara.

Salah satu caranya dengan menambatkan cantelan plastik kresek berisi bahan makanan untuk warga yang membutuhkan.

Satu cantelan tas plastik kresek sangat membantu warga yang kehilangan mata pencahariannya – walau mungkin hanya bisa membantu kebutuhan untuk sekali makan.

Akan tetapi jika jutaan warga yang terlibat menggelar cantelan sembako secara masif, niscaya akan ada jutaan warga yang tertolong.

“Tuhan tidak bertanya berapa jumlah ijazah yang kita dapat, berapa jumlah harta yang kita hasilkan. Tuhan akan bertanya berapa banyak orang kelaparan yang kita kasih makan, berapa banyak orang yang kesusahan telah kita tolong.” (Bunda Teresa, 1910 - 1997).

 

https://www.kompas.com/tren/read/2021/07/19/145548265/cantelan-sembako-simbol-solidaritas-masyarakat-indonesia-di-tengah-pandemi

Terkini Lainnya

[POPULER TREN] Bayi Tertabrak Fortuner, Orangtua Bisa Dipidana? | Mahasiswa UM Palembang Diduga Plagiat Skripsi Lulusan Unsri

[POPULER TREN] Bayi Tertabrak Fortuner, Orangtua Bisa Dipidana? | Mahasiswa UM Palembang Diduga Plagiat Skripsi Lulusan Unsri

Tren
Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tren
Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Tren
Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke